Kamis, 31 Mei 2012

Diselingkuhi Istri

Aku telah menikah lebih dari 8 tahun, istriku Erni adalah seorang wanita yang cantik dan menggairahkan. Semua yang dapat kugambarkan tentang sosoknya hanyalah, aku tak mungkin bisa mendapatkan seorang pasangan hidup sebaik dia. Akhir-akhir ini kesibukanku di kantor membuat kehidupan rumah tanggaku sedikit tergoncang, pagi-pagi sekali sudah berangkat dan pulang sudah larut malam. Erni tak bekerja, dia hanya mengurus rumah, jadi bisa dikatakan dia sendirian saja di rumah tanpa teman, tanpa pembantu selama kutinggal kerja. Tapi terkadang dia pergi keluar dengan teman- temannya, tapi dia selalu menghubungiku lewat telepon sebelum pergi. Hari Rabu, pekerjaanku di kantor selesai lebih awal, dan ingin pulang dan mengajak Erni keluar untuk menebus semua waktuku untuknya. Aku meninggalkan kantor sebelum jam makan siang dan memberitahukan pada sekretarisku bahwa aku tidak akan kembali ke kantor lagi hari ini. Kupacu mobilku secepatnya agar segera sampai di rumah dan mungkin aku akan mendapatkan kenikmatan siang hari sebelum kami pergi keluar. Saat hampir tiba di rumahku, kulihat ada sebuah mobil yang diparkir di depan. Aku pikir itu mungkin milik temannya. Aku lalu keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah. Kubuka pintu depan, sengaja aku tak mengeluarkan suara untuk mengejutkannya. Di ruang tengah tak kujumpai siapa pun, lalu aku melangkah ke dapur, tapi tetap tak ada seorang pun kutemui. Mungkin mereka ada di kamar tidur, perempuan bisanya berada di sana untuk mencoba beberapa pakaian barunya. Semakin mendekat ke pintu kudengar suara, kucoba mencermati pendengaranku dan mencoba untuk mendengarkannya dengan seksama. Ini adalah hari dimana aku berharap seharusnya berada di kantor saja. Begitu kuintip dari pinggir pintu yang sedikit terbuka, kusaksikan istriku berada dalam pelukan lelaki lain, istriku dalam posisi merangkak dengan batang penis lelaki itu terkubur dalam lubang anusnya.. "Oh bangsat, lebih keras lagi dong!" perintah istriku. "Kamu menyukainya kan, jalang, kamu suka penisku dalam anusmu, iya kan?" "Oh ya Bud, kamu tahu itu!" Aku berdiri mematung di sana tanpa mampu bereaksi, terlalu shock untuk mengatakan atau melakukan sesuatu dan hanya menyaksikan pemandangan mengejutkan ini. Istriku, yang aku bersedia mati untuknya, sedang melakukan anal seks dengan lelaki ini, sebuah hal yang kuinginkan tetapi tak pernah mau dia lakukan bersamaku. Dan sekarang dia melakukannya dengan lelaki ini! Aku terpaku memandangnya mengayunkan bongkahan pantatnya yang indah, kepalanya menggantung ke bawah dan sekujur tubuhnya bermandikan keringat mengisyaratkan pada lelaki ini agar memberinya lebih lagi. Air mata mengaburkan pandanganku dan kedua kakiku seakan direkat pada lantai membuatku tak bisa beranjak dari sana dan menyaksikan keseluruhan peristiwa ini. Serasa hancur hatiku saat lelaki itu menjambak rambutnya dan menarik kepalanya ke belakang dan memanggil istriku dengan sebutan 'jalang', dan memaksakan batang penisnya masuk ke dalam lubang anus istriku yang terlihat mengerut. Istriku memohon agar lebih dalam lagi dan pinggulnya menghantam berlawanan dengan pinggang lelaki ini. Dengan tangan kanannya, lelaki itu menjangkau ke bawah tubuh istriku dan menggenggam payudaranya yang sekal, menjepit ujung puting susunya yang kecoklatan dengan keras sekali, jeritan yang keluar dari bibir istriku menandakan bahwa dia merasakan kesakitan. Kami tidak pernah bercinta dengan cara begitu, kami selalu melakukannya dengan penuh cinta, aku tak pernah ingin menyakitinya dan aku tak mengerti bagaimana dia bisa menyukai saat diperlakukan kasar seperti ini. "Ya Budi, puaskan aku, beri aku apa yang tak dapat diberikan suamiku, kamu tahu betapa senangnya aku saat kamu melakukannya sayang!" Lelaki ini semakin menarik rambutnya dengan keras dan juga menarik payudaranya ke samping hingga kupikir puting susunya akan terkoyak karenanya, tapi dari bibirnya malah keluar jerit an memohon lagi. Aku harap aku dapat menikmati hal ini dan dapat bergabung dengan mereka, tapi aku tak bisa. Budi, itu nama lelaki ini yang kudengar disebutkan istriku, mengatakan padanya bahwa dia akan meraih orgasmenya, dan dia menarik keluar batang penisnya dari lubang anus istriku. Istriku memutar tubuhnya dengan cepat dan menaruh batang penisnya yang masih berlumuran cairan dari lubang anusnya sendiri itu ke dalam mulutnya, mulut yang sama yang aku suka menciumnya selama 8 tahun terakhir ini, 10 tahun jika kuhitung sejak kami pertama berkencan sewaktu kuliah dulu. Hampir saja aku muntah begitu dia menelan penis kotornya itu ke dalam mulutnya dan menghisap spermanya begitu lelaki ini menyemburkan spermanya dengan hebat hingga tumpah sampai ke dagunya. "Benar begitu penghisap penisku, hisap terus jalang, telan spermaku pelacurku." Ingin rasanya kubunuh lelaki itu, bagaimana mungkin dia bisa memanggil wanita secantik ini dengan sebutan kotor begitu. Bagaimana bisa istriku membiarkannya memanggilnya dengan sebutan itu. Seperti seorang bodoh saja saat aku melihat dan mendengarkan aksi mereka saat istriku menyelesaikan hisapannya pada batang penis lelaki ini. Dengan kasar dia menarik wajah istriku mendekat padanya untuk mencium bibirnya yang penuh. Memasukkan lidahnya ke dalam mulutnya saat istriku dengan senang menghisapnya. Tangan lelaki itu berada pada bongkahan pantat istriku, menekan tubuhnya agar merapat saat mereka berciuman layaknya sepasang remaja yang sedang dimabuk cinta. Akhirnya aku baru bisa bergerak, dan aku berbalik lalu melangkah ke ruang keluarga kami, duduk di atas sofa sambil memegangi kepalaku, kedua sikuku bertumpu pada paha. Air mata meleleh membasahi wajahku mengingat segala peristiwa mengejutkan yang baru saja kusaksikan. Memikirkan tentang bagaimana dan apa yang membuat Erni melakukan perbuatan terkutuk ini padaku. Aku selalu memperlakukannya dengan penuh cinta dan kasih sayang, kami mempunyai kehidupan seks yang indah, setidaknya itu menurutku. Aku selalu melihatnya mendapatkan orgasme setiap kali kami bercinta. Dia tak pernah menuntut padaku bahwa dia menginginkan lagi dan aku pasti akan memenuhinya. Apa yang membuatnya melakukan ini. Aku pikir aku akan melihat mereka keluar dari dalam kamar sebentar lagi, tapi aku salah. Aku tak ingin melihat apa yang mereka lakukan, tapi ada sesuatu dari dalam diriku yang mendorongku untuk kembali ke kamar itu. Saat aku kembali mengintip dari balik pintu, kedua kaki istriku berada di bahu lelaki ini dan dia sekarang sedang menyetubuhi vaginanya, lubang yang sama dimana kudapatkan kenikmatan selama 10 tahun. Tak dapat kupercaya pendengaranku akan kata-kata hina yang keluar dari mulut manis istriku. "Oh ya, puaskan aku dengan penismu, isi mulutku lagi dengan spermamu. Lebih keras Budi, berikan yang aku mau, lebih keras lagi bangsat!!" Belum pernah kudengar dia berkata seperti ini sebelumnya. "Ya jalang, milik siapa vagina lezat ini?" "Oh milikmu Budi, semuanya milikmu sayang." Setiap kata yang terucap seakan sebilah belati yang menghunjam ke hatiku, merobeknya menjadi berkeping- keping seiring pinggul istriku bergoyang mengiringi hentakan lelaki ini dengan gairah yang belum pernah kulihat darinya. Sebuah pemikiran melintas dalam benakku, aku senang, senang karena sampai dengan saat ini kami belum mempunyai seorang anak yang akan menemukan bahwa ibunya adalah seorang pelacur! "Siapa yang dapat memuaskanmu, siapa yang mampu memenuhi keinginanmu?" "Kamu Budi, hanya kamu yang bisa memberiku!" Apa yang harus kulakukan, pergi, tetap di sini, melabrak mereka, atau hanya menghajar lelaki ini? Tak kulakukan apa pun, selain hanya melihat. Mungkin jika aku lebih dari seorang pria, atau setidaknya lebih dari seorang pria yang tega, aku akan melakukan sesuatu daripada hanya berdiri saja di sini. Seharusnya kulabrak mereka, menghajar mereka berdua, atau apa pun, tapi aku hanya menyaksikan perbuatan mereka dengan hati yang hancur berkeping- keping. Nafsu istriku b egitu besar dan lelaki itu memuaskannya, mereka bersetubuh seperti sepasang binatang di atas ranjang cinta kami. Bed covernya sudah sangat kusut seperti kedua pakaian mereka yang tercampak di lantai dalam pergulatan birahi mereka berdua. Kusaksikan batang penisnya yang keras ditarik hampir keluar seluruhnya dan dilesakkannya kembali dengan hentakan yang mampu membuat pinggul istriku terangkat dengan kedua pahanya yang terpentang lebar untuk menerima seluruh batang keras milik lelaki itu ke dalam vaginanya. "Puaskan aku sayang, berikan penismu padaku. Jangan coba berhenti, jangan pernah berhenti!" Kembali mereka berciuman dengan begitu bernafsu. Pinggul mereka saling menghantam berulang kali. Mereka tak menyadari kehadiranku di belakang mereka yang sebenarnya bahkan hanya dengan menolehkan kepalanya saja mereka akan dapat melihatku yang sedang berdiri mengintip dari balik pintu. Tapi mereka sedang sibuk dengan kegiatannya yang lebih penting sekarang, pendakian untuk sebuah orgasme lagi. Sudah cukup apa yang kusaksikan, lebih dari apa yang ingin kulihat. Aku bebalik dan keluar dari rumah. Kukendarai mobil di bawah sinar mentari yang cerah sampai mataku terbakar, dari sinar mentari dan dari air mata. Kejadian yang baru saja kusaksikan berputar dalam benakku. Aku berhenti pada sebuah kafe dan memesan segelas minuman yang paling keras. Kutatap jam di dinding hingga jarum jam menunjukkan pukul 7 malam, kembali ke mobilku dan pulang ke rumah kami, jika masih bisa disebut rumah kami sekarang. Baru saja aku masuk ke dalam, aku langsung bertemu dengan Erni, dia hendak mencium bibirku, tapi kulengoskan mukaku. "Ada yang salah, sayang?" tanyanya. "Nggak, hanya capai saja!" Kami melangkah ke meja makan dan saling berbincang sebentar, aku lebih pendiam daripada biasanya, dan dia berlagak seolah tak ada apa pun yang terjadi hari ini. Kuselesaikan makan malamku dan beranjak untuk mandi, berharap aku mampu mencuci ingatan mengerikan tentang istriku yang berselingkuh dengan lelaki lain dari benakku, tapi itu tak terjadi. Aku naik ke pembaringan, tak dapat tidur dengan nyenyak karena ingatan akan istriku yang bertingkah seperti seorang pelacur yang haus akan batang penis sedang memuaskan lelaki bangsat yang bernama Budi. Memberinya apa yang seharusnya hanya untukku. Rasanya jarum jam tak akan pernah beranjak ke pukul 6 pagi agar aku dapat pergi dari sini dan merenung. ***** Hari ini seakan berlalu dengan sangat lambat, akhirnya jam 11 siang tiba. Kukendarai mobilku dan kembali ke rumah. Kembali kulihat mobil Budi terparkir di depan rumah. Kemarahanku sekarang sudah melampaui batasnya. Dengan tergesa aku mesuk ke dalam rumah dan menemukan mereka berdua sedang bergulat di atas ranjang kami lagi. Dengan marah kuteriakkan padanya agar menjauh dari istriku dan mengusirnya keluar dari rumahku. Budi hanya tertawa dan dengan batang penis yang masih berlumuran dengan cairan istriku, dia mengenakan pakaiannya, sedangkan Erni berusaha untuk menjelaskan semuanya. Tak ada satu pun kata- kata yang ingin kudengar dari mulutnya. Setelah Budi pergi, kemudian Erni menemuiku di meja makan. "Erni, kenapa kamu lakukan semua ini? Apa yang terjadi?" "Penyebabnya kamu! Kamu nggak pernah ada, kamu nggak pernah memperhatikanku, mengajakku keluar. Yang kamu lakukan hanya kerja, kerja, kerja! Persetan dengan semua itu. Aku menginginkan lebih dari itu dan Budi memberinya." "Aku dapat memberimu lebih Erni, Aku akan memaafkanmu jika kamu menghentikan semua kegilaan ini. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu!" Dia memandang tajam ke arahku. "Kamu boleh berkata sesukamu, aku tidak peduli. Kenyataannya kamu membuatku muak, kamu bukan seorang lelaki. Seorang lelaki akan membunuh pria yang berselingkuh dengan istrinya, tetapi kamu bahkan tak melakukan apa-apa. Kamu pecundang!" "Tolong jangan lakukan ini Erni, kamu tahu betapa aku mencintaimu." "Persetan dengan kamu!" dia meneriakiku, lalu menelepon Budi. "Budi, jemput aku, sekarang juga!" dan membanting teleponnya. Dia masuk ke dalam kamar dan tak lama kemudian keluar dengan membawa koper, lalu pergi untuk menunggu jemputan Budi. Lelaki bangsat ini datang tak lama berselang..
E N D

Rabu, 30 Mei 2012

Bercinta Dgn Tunangan Orang

Namaku Erick, tentunya bukan nama asli dong. Aku tinggal di suatu kota yang kebetulan sering dijuluki sebagai kota kembang pengalamanku ini terjadi mungkin kira- kira 2 tahun yang lalu. Sebut saja Indi (bukan nama sebenarnya), dia adalah tunangan temanku yang bernama Edi (bukan nama asli) yang tinggal di Jakarta, yang mana pada waktu itu Edi harus keluar kota untuk keperluan bisnisnya. Oh ya, Edi ini punya adik laki-laki yang bernama Deni, dimana adiknya itu teman mainku juga. Kalau tidak salah, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telpon di rumahku berbunyi, ternyata dari Deni yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya di stasiun kereta api. Dia juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena di rumah lagi tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi pula aku ingin tahu tunangan temanku itu seperti bagaimana rupanya. Tidak lama kemudian Deni datang, karena rumahnya memang tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku. "Hei Rick..! Aku langsung pergi nih.. mana kuncinya..?" kata Deni. "Tuh.., di atas meja belajar." kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku. "Oh ya Rick.., kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Rick..," kata Deni sambil tertawa kecil. "Erick..," kataku sambil menyodorkan tanganku. "Indi..," katanya sambil tersenyum. "Busyeett..! Senyumannya..!" kataku dalam hati. Jantungku langsung berdebar- debar ketika berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar. "Heh..! Kok malah bengong Rick..!" kata Deni sambil menepuk pundakku. "Eh.. oh.. kenapa Den..?" kaget juga aku. "Rick, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Ndi.., kalo si Erick macem-macem, teriak aja..!" ucap Deni sambil langsung pergi. Indi hanya tersenyum saja. "Sialan lu Den..!" gerutuku dalam hati. Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya. "Mo minum apa Ndi..?" kataku melepas rasa maluku. "Apa aja deh Rick. Asal jangan ngasih racun." katanya sambil tersenyum. "Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!" kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas. Akhirnya kami mengobrol tidak menentu, sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana. "Udah deh Ndi.., mungkin rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!" kataku sok bijaksana. "Kalo sekali sih nggak apa Rick, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!" ucap Indi dengan nada kesal. "Heh.., jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan Kamu salah," kataku. "Tau ah.., jadi bingung Aku Rick, udah deh, nggak usah ngomongin Dia lagi..!" potong Indi. "Terus mau ngomong apa nih..?" kataku polos. Indi tersenyum mendengar ucapanku. "Kamu udah punya pacar Rick..?" tanya Indi. "Eh, belom.. nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama Aku..?" jawabku sedikit berbohong. "Ah bohong Kamu Rick..!" ucap Indi sambil mencubit lenganku. Seerr..! Tiba- tiba aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi salah tingkah. Sepertinya si Indi melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku. "Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?" katak u pura-pura bodoh. "Rick, Kamu mau nolongin Aku..?" ucap Indi seperti memelas. "Iyaa.., ada apa Ndi..?" jawabku. "Aku.., Aku.. pengen bercinta Rick..?" pinta Indi. "Hah..!" kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku. "Ka.., Kamu..?" ujarku terbata-bata. Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku. Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal. Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku, "Aku pengen bercinta sama Kamu, Rick..! Puasin Aku Rick..!" Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, "Aahh..!" aku mendesah. Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku. Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam. Ia mendesah kenikmatan, "Aahh Rick..!" Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas. Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat. "Rick.., buka dong bajunya..!" katanya manja. "Bukain dong Ndi..," kataku. Sambil menciumiku, Indi membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur. Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku. Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya, "Akhh.., Ndi." Kemudian Indi mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas.Indi melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. "Okhh.. nikmat sekali," kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot. Indi sangat menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku. "Auwww.., sakit dong Ndi..!" kataku sambil agak meringis. Indi seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju- mundurkan kepalanya. Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya,"Ndi, Aku mau keluar.. akhh..!" Indi cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya, "Croott.. croott..!" Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut Indi. Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat. Setelah cairannya benar-benar bersih, Indi kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya sendiri, sampai akhirnya dia telanjang bulat. Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku. "Puasin Aku Rick..!" katanya sambil memeluk tubuhku, kemudian dia menuju tempat tidur. Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, kutindih tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya. Dia mendesah keenakan, "Aahh..!" Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya. Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya. "Okkhh..! Erick sayang, terus Rick..! Okhh..!" desahnya mulai tidak menentu. Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Indi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah klitoris. Indi semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya. "Aakkhh.. Rick..," Indi menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku. Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah. Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya. "Rick..! Masukin Rick..! Masukin..!" pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu. Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya. "Udah dong Rick..! Cepet masukin..!" katanya manja. "Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget." kataku dalam hati. Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku. "Bless..!" akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indri. "Aaakkhh Rick..!" desah Indi. Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Indi. Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas- remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya. "Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!" erang Indi sambil tangannya memegang kedua pipiku. Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Indi mengejang, "Aaakkhh.. Eriicckk..!" Ternyata Indi sudah mencapai puncaknya duluan. "Aku udah keluar duluan Sayang..!" kata Indi. "Aku masih lama Ndi..," kataku sambil masih menggenjot tubuhku. Kemudian kuangkat tubuh Indi ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Indi melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pantat Indi. "Aakkhh Ndi.., punya Kamu enak sekali." kataku memuji, Indi hanya tersenyum saja. Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini. "Aahh Ndi.., Aku hampir keluar..," kataku agak terbata-bata. "Aku juga Rick..! Kita keluarin sama- sama ya Sayang..!" kata Indi sambil menggoyang pantatnya yang bahenol itu. Goyangan pantat Indi semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Indi, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya, "Aaakkhh.., Ericckk..!" jerit Indi sambil menancapkan kukunya ke pundakku. "Aakhh, Indii.., Aku sayang Kamuu..!" erangku sambil mendekap tubuh Indi. Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon. "Kamu hebat sekali Rick..!" puji Indi. "Kamu juga Ndi..!" pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan. Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik tunangannya Indi keburu datang.

Senin, 28 Mei 2012

Kencan Pertama

Punya teman memang sangat mengasyikkan apalagi kalau banyak. Saya sangat senang berhubungan dengan banyak orang khususnya cewek. Nama saya Didik, saya tinggal di suatu kota kecil di propinsi Jawa Timur. Saya mempunyai tinggi badan 170 cm dan berat badan 62 kg. Saya bekerja pada suatu perusahaan makanan di bagian pemeliharaan mesin. Saya akhirnya merasa jenuh dalam bekerja dan hal itu mulai selalu menyelimuti diriku pada tiap hari kerja, mungkin karena selalu yang saya hadapi mesin rusak. Pada suatu hari perusahaan dimana saya bernaung mencari karyawan wanita untuk tenaga administrasi. Maka beberapa hari kemudian datanglah pelamar satu dengan pelamar yang lain saling bergantian. Tepat pada hari terakhir ada satu gadis yang menarik perasaan saya, orangnya putih bersih dengan tinggi berkisar 165 cm dan berat badan 50 kg, montok lagi. Senyumnya sungguh mempesona saya, sampai-sampai saya mengkhayal seandainya saya bisa berhubungan dengan dia betapa nikmatnya. Ternyata gadis itulah yang diterima kerja di perusahaan saya. Saya bersyukur karena hal itu akan bisa menjadi obat stres saya. Lalu saya berkenalan dengan dia. "Kenalkan, nama saya Didik" ujarku sambil menjulurkan tanganku. "Rini" jawab dia. Saya senang sekali akhirnya bisa berkenalan dengan dia lalu kami mengadakan obrolan pendek. "Senang tidak kerja di sini?" tanya saya. "Ya, senang sekali apalagi kan ada Mas" jawab dia. "Bisa aja kamu ini Rin" candaku padanya. "Kalau senang ada saya, boleh dong kita nanti keluar makan bersama?" tanyaku pada dia. Dia mengernyitkan dahinya. "Boleh aja, kapan itu?" "Ntar malam minggu, OK" jawabku lagi. "OK, deal" sahutnya. Tepat pada hari Sabtu saya menjemput dia di rumahnya. Kuketuk pintu, selang tidak lama dia yang membukakan pintu. Betapa terpesonanya saya sampai dia melambaikan tangannya di depan mataku. "Hayo, lihat apa?". "Tidak, cuma ehm" jawabku. Karena dia memakai pakaian yang cukup sexy, pakai rok mini dan atasan ketat sampai BH- nya yang tipis cukup menonjol pada pakaian itu. Sebelum berangkat ia pamit dulu pada ibunya. "Bu, saya berangkat " katanya. "Ya, hati-hati di jalan ya.." jawab ibunya dari dalam. Setelah menutup pintu, sambil bergandengan tangan kami menuju mobil lalu meluncur ke sebuah rumah makan yang bersuasana romantis. Sampai pada rumah makan itu lalu kami memesan makan dan minum. Sambil menunggu kami lanjutkan dengan obrolan. "Kenapa tadi Mas melihat saya sampai melamun?" tanya dia pada saya. "Karena aku terpana melihat kamu. Betapa sexynya tubuh kamu dan cantiknya wajah kamu" jawabku sekenanya. "Ach masak begini saja sexy dan cantik, menurut saya biasa aja" sahutnya. "Atau pasti Mas merayu saya yach" terkanya. "Bisa jadi, bisa juga tidak tergantung moodnya" jawabku. Kemudian makanan sudah dihidangkan oleh waiter dan selanjutnya kami makan dan kami selingi dengan saling menyuapi. Setelah makan kami pun masih melanjutkan perjalanan. Di dalam mobil kami juga mengobrol. "Mas kita sekarang mau kemana?" tanyanya. "Maunya kemana Rin?" tanyaku balik. "Terserah Mas aja, aku ikut saja" pintanya. "Kalau begitu kita rendezvous dulu yach?" ajakku padanya. "OK, udah lama saya tidak rendezvous.." katanya. Mobil aku luncurkan menuju luar kota, dan aku belokkan ke sebuah hotel yang cukup romantis. Saya menuju resepsionis dan memesan kamar, setelah itu saya menggandeng dia dan berjalan menuju kamar yang sudah disiapkan oleh room boy. Setelah kamar saya tutup dan terkunci maka Rini dan saya saling berpagutan bibir serta kedua lidah kami saling menjalar ke seluruh rongga mulut lawan. Habis berpagutan kami menuju ranjang. Saya duduk di bibir ranjang sambil menonton TV dan Rini menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu Rini keluar dari kamar mandi hanya dililit dengan handuk tanpa mengenakan BH dan celana dalam lagi. Sambil berjalan menuju saya ia memintaku agar mandi dulu. Lalu saya bangkit menuju kamar mandi. Setelah mandi dan badan terasa segar, saya menuju ke tempat pembaringan dimana Rini menempatinya sambil menonton TV. Kami langsung berpagutan lagi dan kami saling mengeluarkan kekuatan nafsu dimana dia sangat bergairah dalam menerima setiap ciuman maupun kecupan dari saya. Saya mencium bibirnya sambil menjalarkan lidahku menuju kedua payudaranya yang montok serta kukulum teteknya. Terus menuju perut dan kupermainkan pusarnya hingga dia menggelepar menerima rangsangan saya yang terasa nikmat untuknya. "Ach.. Uch ayo Mas enak sekali.." ceracaunya sambil terengah-engah nafasnya. Lumatan terus saya lanjutkan pada ujung jari kedua kakinya agar dia semakin terangsang. Hal itu membuat saya semakin menikmati permainan ini mengingat bahwa saya paling suka bermain oral tapi tentu saja khusus dengan wanita saja, tidak dengan laki-laki. Saya punya prinsip bahwa wanita itu perlu dihargai walaupun hanya dalam bermain sex sekilas. Wanita juga bukan hanya obyek sex tetapi juga subyek dalam sex. Jilatan demi jilatan hingga sampailah pada suatu tempat dimana setiap wanita akan terangsang jika tersentuh. Klitorisnya saya jilati, juga saya kulum hingga dia semakin terangsang hebat sampai pantatnya diangkat-angkat supaya lebih dekat dengan mulutku. Saya pun merespons hal itu dengan memainkan lidahku ke dalam vaginanya yang sudah aku buka sedikit dengan jari dan kumasukkan jariku sambil aku keluar masukkan. Responsnya sudah hampir mencapai puncak hingga saya berhenti untuk menjilatinya dan saya ganti dengan posisi 69. Dari posisi ini kami saling mengulum lagi. Dia baru pertama kali menjilati kepala penisku dan lalu mengulum mengeluarmasukkan penisku pada mulutnya. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka saya berinisiatif untuk melakukan penetrasi pada vaginanya. Saya gesek-gesekan dulu pada vaginanya yang sudah banyak lendirnya. "Ayo Mas cepat, aku sudah tidak tahan lagi" pintanya dengan bernafsu. Dengan pelan tapi pasti saya masukan penisku pada vaginanya sampai pada akhirnya masuk semua. Lalu saya tarik pelan-pelan juga dan kumasukkan lagi sampai mendalam dan terasa penisku menyentuh bibir rahim dalamnya. Benar sekali seperti apa yang kubayangkan betapa nikmatnya bermain sex dengan Rini. Dalam permainan ini kami saling cium menjalarkan tangan kesana kemari sambil mengeluarkan suara erotis di antara kami hingga selang beberapa lama kami hampir bersamaan orgasme. "Mas pompa cepat, Mas, saya mau keluar ach.. Uch.. Enak Mas" ceracaunya. "Saya juga mau keluar, di dalam atau di luar.. Rin?" tanyaku. "Terserah Mas, yang penting enak" katanya. Dengan hitungan detik kami berdua orgasme bersama sambil merapatkan pelukan dan berkedutan di dalam. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga. Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dengan pelan tangan Rini menggapai penisku untuk dia kulum. "Mau lagi yach?" tanyaku. "Ehm, habis kalau yang menikmati cuma bibir bawah kan rugi kalau tidak menikmati pula bibir atasnya" jawabnya. "Enak kan Rin penisku, gimana rasa dan ukurannya?" tanyaku lagi sambil menikmati kulumannya. "Jelas enak, penis ini kan besar apalagi panjang lagi, menurut saya kira- kira 17 cm" jawabnya. Saya diam tidak menjawab karena saya sangat menikmati kulumannya. Dia mengulum serta menjilati pelirku hingga saya sampai terangsang berat menuju orgasme kedua. Tanpa memberitahunya, keluarlah air maniku di dalam mulutnya. Dia agak terkejut tapi bisa menerimanya dan langsung menelan semuanya serta bahkan dijilatinya yang masih tersisa di penisku. "Rini kalau masih mau, silakan kamu nungging" pintaku. "Oh, mau doggy style yach, ayo" ajaknya bersemangat. "Anusku juga boleh, kalau Mas mau nanti" tawarnya. Setelah dia siap menungging, dengan pelan kumasukkan penisku serta saya keluarmasukkan dengan irama lembut. Dia mengikuti irama saya dengan menggoyangkan pantatnya. Tangan kiriku menjalar ke payudaranya dan kuremas-remas kecil, tangan kanan dengan jari jempol aku tusuk- tusukan pada lubang anusnya dengan saya selingi mengusapkan lendir kenikmatan dia pada lubang anusnya. Selang beberapa lama saya cabut penisku dari vaginanya dengan perlahan untuk ganti memasukan ke lubang anusnya. Dia menjerit kecil. "Ach.. Aduh sakit Dik, tapi teruskan aja saya juga mau menikmatinya" katanya. Penisku masuk semakin dalam dan mulai saya pompa dengan semakin cepat hingga dia semakin menikmati permainan ini. Permainan yang membutuhkan waktu dan tenaga itu akhirnya sampailah pada puncaknya. Setelah permainan itu kami kembali tertidur sambil berpelukan. Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Siapa dulu yang memulai kami tidak tahu karena secara spontan Rini menurunkan badannya dengan berjongkok kembali siap menjilat serta mengulum penis saya yang sudah tegak berdiri. Lalu dia mengulum penisku sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun. Setelah saya merasa nikmat lalu ganti aku yang menurunkan badanku dan meminta dia berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan oral saya yang cukup nikmat. Saya serang di selangkangannya dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada klitorisnya sehingga dia mengerang sambil memegang kepalaku untuk menenggelamkannya lebih dalam ke vaginanya. Saya tahu kemauan dia lalu kujulurkan lidahku lebih dalam ke vaginanya sambil saya korek-korek klitorisnya dengan jari manisku. Semakin hebat rangsangan yang dia rasakan dari saya sampai mengalami orgasme dengan derasnya hingga lendir kenikmatan itu keluar tanpa bisa dibendung lagi. Kujilati dan saya telan semua lendir kenikmatan yang ada itu tanpa sisa. Setelah mandi kami berbenah diri lalu keluar untuk pulang. Di perjalanan kami saling bercakap-cakap. "Gimana Rin, rasanya permainan kita tadi, puas tidak?" tanyaku. "Puas sich puas, tapi kapan kita bisa mengulangi lagi seperti tadi?" tanyanya balik. "Yach kapan saja, asal kamu mau dan saya pasti selalu siap" jawabku. "OK kalau begitu, ternyata saya masih bisa merasakan penismu yang nikmat itu ya" katanya. "Tentu dong, saya sendiri juga merasakan nikmat darimu" timpalku. Tidak terasa sampailah kami di depan rumah Rini. Sebelum turun kami berciuman. Saya sudah di ambang pintu dengan Rini dan setelah memastikan dia sudah masuk, lalu saya baru pergi meninggalkannya. Sambil pulang aku masih merasakan nikmat permainan hari ini. Dan esoknya pada waktu kerja di hari Senin, dia menyapa saya. "Hai Dik, selamat pagi" katanya pada saya. "Selamat pagi juga Rini" sapaku kembali. Di lingkungan kantor kami berlaku sebagai sesama karyawan dan seperti tidak pernah terjadi apa- apa di antara dia dan aku agar orang kantor lainnya tidak tahu. Sampai saat ini meskipun dia sudah berkeluarga dan saya pun juga sudah berkeluarga kadangkala kami masih mengarungi samudra kenikmatan dari hotel satu ke hotel lain, tentunya di luar kota, mengingat kami berdomisili dalam satu kota serta ingin menjaga agar keluarga masing- masing tetap utuh. Kami hanya fun dalam sex saja, lain tidak.

Sabtu, 26 Mei 2012

Kurang Puas Di Bioskop

Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua. Akupun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah sangat padat, pikiranku nggak bisa konsentrasi sedikitpun, yang aku pikirkan cuma Rani. Aku pulang kerumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rani keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk. "Dodi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong.." "Eh.. apa? Iya, iya aku nggak ada acara, sebentar yah aku ganti baju dulu" jawabku, dan aku buru- buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, akupun segera mengajaknya berangkat. Rani menyarankan agar kami pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rani duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia memakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku nggak bisa lepas melirik kepahanya. Sesampainya dibioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rani tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket aku peluk dia dari belakang. Aku tahu Rani merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya. Rani meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang nonton nggak begitu banyak, dan disekeliling kita tidak ditempati. Kita segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian aku dekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang- kadang lidahku digigitnya lembut. Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja aku selinapkan ke balik BH-nya, dan payudaranya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung diisap dengan kuat oleh Rani. Tangankupun semakin gemas meremas payudaranyanya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rani mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta menuntut sesuatu. Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap- usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya aku singkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya. Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rani berpindah menciumi telingaku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah. Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya. Aku elus- elus, pelan-pelan, aku usap dengan penuh perasaan, kemudian aku putar-putar, makin lama makin cepat, dan makin lama makin cepat. Tiba- tiba tangannya mencengkeram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badanya tersentak- sentak beberapa saat. "Dodi.. aduuhh.., aku nggak tahan sekali.., berhenti dulu yaahh.., nanti dirumah ajaa..", rintihnya. Akupun segera mencabut tanganku dari selangkangannya. "Dodi.., sekarang aku mainin punya kamu yaahh..", katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol. Aku bantu dia dengan aku buka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak. "Dodi.., ini sudah basah.., cairannya licin..", rintihnya dikupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan. Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya. "Rani.., teruskan sayang..", kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa penisku sudah keras sekali. Rani meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekal i karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana. "Rani.., aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh..", kataku dengan suara yang nggak yakin, karena masih keenakan. "Waahh.., Rani belum mau berhenti.., punya kamu ini bikin aku gemes..", rengeknya "Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..?!" ajakku, dan ketika Rani mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rani, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai. Di mobil tangan Rani kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika dia bilang, "Nanti aku boleh nyium itunya yah..". Aku pengin segera sampai ke rumah. Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Rani membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan aku ciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rani aku bimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri aku ciumi bibirnya, aku lumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya. Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi payudaranya yang masih dibalut BH. Dengan tak sabar BH- nya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga aku turunkan dan semuanya teronggok di karpet. Badannya yang telanjang aku peluk erat- erat. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rani yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rani juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana dalamku, Rani melakukannya sambil memeluk badanku. penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya. uuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kami yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kami saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi payudaranya dengan bergantian. Tangan Rani juga sudah menggenggam dan mengelus penisku. Badan Rani bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas. Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rani mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat didepan selangkanganku. Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka. Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak. Mulutnya perlahan mulai didekatkan kekepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan- pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku. Aku semakin mengerang, dan karena nggak tahan, aku dorong penisku sampai terbenam ke mulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ke tenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju-mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan- tekan agar penisku semakin terasa nikmat. Isapan mulut dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuatku merasa sudah nggak tahan. Apalagi sewaktu Rani melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat. Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya. Tapi Rani menahannya dan tetap mengisap penisku. Maka akupun nggak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan ras a nikmat yang luar biasa. Spermaku langsung ditelannya dan dia terus mengisapi dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rani masih terus menjilat. Akupun akhirnya nggak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal- sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam. "Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali", kataku berbisik "Ah.., aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu..". Kemudian ujung hidungnya aku kecup, matanya juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan aku ciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kita mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi payudaranya yang sebelah kanan sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri. Rani mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian kebawah lagi sampai merasakan bulu jembutnya, aku elus dan aku garuk sampai mulutnya menciumi telingaku. Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi payudaranya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah mulai terangsang juga. Cairan kenikmatannya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan kemaluannya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris serta liang kewanitaannya, membuat Rani semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya aku putar-putar terus, juga mulut kemaluannya bergantian. "Ahh.., Dodii.., aahh.., teruss.., aahh.., sayaangg..", mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang- goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Akupun segera menurunkan kepalaku kearah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kakinya aku lipat ke atas, aku pegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulebarkan sehingga liang kewanitaan dan clitorisnya terbuka di depan mukaku. Aku tidak tahan memandangi keindahan liang kewanitaannya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan liang kewanitaannya. Cairan surganya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi bibir kemaluannya dengan ganas, dan lidahku aku selip- selipkan ke lubangnya, aku kait-kaitkan, aku gelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya aku putar dengan lidah, aku isap, aku sedot, sampai Rani meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut. "Dodii.., aku nggak tahan.., aduuhh.., aahh.., enaakk sekalii..", rintihnya berulang-ulang. Mulutku sudah berlumuran cairan kewanitaannya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian aku lepaskan mulutku dari liang kewanitaannya. Sekarang giliran penisku aku usap-usapkan ke clitoris dan bibir kemaluannya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan diliang senggamanya. Rani juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut ngebantu dan menekan penisku digeser-geserkan di clitorisnya. "Ranii.., aahh.., enakk.., aahh.." "aahh.., iya.., eennaakk sekalii..". Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke bibir kemaluannya. Rani semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku masuk ke liang senggamanya. "Aduuhh.. Dodii.., saakiitt.., aadduuhh.., jaangaann..", rintihnya "Tahan dulu sebentar.., Nanti juga ilang sakitnya..", kataku membujuk Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian aku tekan lagi, aku keluarkan lagi, aku tekan lagi, kemudian akhirnya aku tekan lebih dalam sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rani sampai terbuka tapi sudah nggak bisa bersuara. Punggungnya terangkat dari karp et menahan desakan penisku. Kemudian pelan-pelan aku keluarkan lagi, aku dorong lagi, aku keluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini aku dorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama- sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan, mulutnya yang terbuka aku ciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding kemaluannya. Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat lamanya. Mulut kita saling mengisap dengan kuat. Kami sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka akupun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, makin cepat, makin cepat, dan goyangan pantat Rani juga semakin cepat. "Dodii.., aduuhh.., aahh.., teruskan sayang.., aku hampir niihh..", rintihnya. "Iya.., nihh.., tahan dulu.., aku juga hampir.., kita bareng ajaa..", kataku sambil terus menggerakkan penis makin cepat. Tanganku juga ikut meremasi susunya. Penisku makin keras kuhujam- hujamkan ke dalam liang surganya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa liang senggamanya juga menguruti penisku di dalam. penis kutarik dan tekan semakin cepat, semakin cepat.., dan semakin cepat..". "Raanii.., aku mau keluar niihh..". "Iyaa.., keluarin saja.., Rani juga keluar sekarang niihh". Akupun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat Rani yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding kemaluannya dengan keras. Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Liang kewanitaannya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami liang senggamanya. "aahh.., aahh.., aahh..", kita sama-sama mengerang, dan liang kewanitaannya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan- nekan dan memutar sehingga penisku seperti diperas. Kita orgasme bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya nggak akan berakhir. Pantatku masih ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan liang senggamanya masih berdenyut meremas- remas penisku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa bersisa sedikitpun. "aahh.., aahh.., aduuhh..", kita sudah nggak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan. Ketika sudah mulai kendur, aku ciumi Rani dengan penis masih di dalam liang senggamanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Aku ciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rani sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur. Aku menyadari bahwa selaput daranya telah robek oleh penisku. Dan ketika penisku aku cabut dari sela-sela liang kewanitaannya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kami terus saling membelai, dan Rani masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.

Jumat, 25 Mei 2012

Makan Malam Menggairahkan

Hari ini panas sekali. Aku merasa agak BT (Birahi Tinggi) dan sedang melamun jorok beberapa menit. Lalu kutelepon temanku, Anna yang baru kukenal tiga bulan. Aku masih ingat waktu bertemu dengannya pertama kali, orangnya berani, mandiri, cantik dan tidak sombong. Dia suka mode dan musik Jazz Fusion. Kebetulan dia ada di rumah dan sehabis bicara basa-basi beberapa menit, kutanya Anna, apa dia ada waktu untuk makan malam berdua hari ini. Anna menjawab, "Bagus, boleh aja!" Kami janji di restoran Intan Marina jam 19 :00. Sehabis telepon Anna, aku memesan tempat duduk yang intim di restoran itu, supaya kami bisa enak makan dan bicara. Ternyata, tempatnya masih ada. Pada jam 18 :50 aku tiba di restoran Intan Marina dan Anna datang kira- kira 5 menit kemudian. Wah, aku kagum melihat Anna, dia tambah cantik dan sensual! Dia memakai blus, rok dan sepatu gaya Itali. Tasnya cocok dengan pakaiannya. Hatiku senang sekali melihat dia lagi. Dia orangnya 'Trendy Woman'. Kami saling menyambut dengan pelukan dan ciuman yang mesra di pipi. Anna juga kagum melihatku, "Woow, penampilanmu hebat, Michael! Kamu sedikit berotot," katanya. Aku menjadi sedikit malu sambil tersenyum lebar. Pelayan restoran menyambut kami dengan senyum yang ramah dan agak nakal, sepertinya dia sudah tahu apa yang akan terjadi nanti. Restorannya lumayan besar, ada AC dan kami diantar ke ruang makan privat yang besar dan sejuk di lantai dua, dekat pintu darurat. Sesudah kami lihat daftar makanan, kami memesan satu porsi ikan tiram, ikan gurami goreng saos Inggris, nasi goreng dan cah brokoli pakai saos tiram. Minumannya, anggur putih Perancis untuk Anna dan anggur merah Lambrusco dari Itali. Sambil menunggu makanan datang, Anna pergi ke toilet. Sesudah kira-kira 10 menit dia kembali dengan wajah yang nakal, bibirnya dilapiskan ekstra dengan lipstik merah yang norak dan rambutnya disanggul. Kusambut dia juga dengan senyum yang nakal. Kami saling mencium pipi dan bau perfumnya enak sekali. Anna melihatku dengan mata yang sensual sambil bermain dengan lidahnya, sepertinya dia mau berkata, "I want you as my dinner, darling!" Pada saat itu juga aku tidak bisa berkata apa- apa, kecuali terima seluruh penampilannya saja. Sesudah kira-kira 20 menit, pelanyan restoran mengantar makanan kami dan waktu dia sudah selesai membagi makanan itu, dia berkata sambil senyum lebar, "Selamat makan dan nikmatilah kehidupan ini!" Kami serentak membalas, "Terima kasih, Pak!" Anna mulai mengambil satu biji ikan tiram, lalu mendekatkan ke mulutnya. Selama beberapa detik ujung lidahnya menjilat dan mengulum ikan tiram itu seperti dia bermain dengan kemaluan laki- laki dan menelan seluruh ikan itu sambil bermain mata denganku. Hatiku berdebar, mataku melotot dan burungku setengah bangun dari tidurnya. Setelah itu, Anna mengambil seteguk dari gelas anggur putihnya dan satu jari telunjuknya dicelupkan ke dalam gelasnya. Dia taruh jari itu di ujung lidahnya. Terus, dia mengisap jarinya secara sensual. Aku tidak tahan lagi melihat permainannya dan menuju ke Anna. Kuambil jari itu dari mulutnya dan kumainkan dengan lidahku. Karena tidak tahan lalu aku pun mengulum lidahnya dan Anna mengerang seksi. Sesudah beberapa detik, aku berhenti dan mengambil sebiji ikan tiram, tapi Anna tidak sabar dan mendorong kepalaku ke buah dadanya. "Tolong jilat puting susuku," katanya dengan suara yang sedikit serak. "Sabar dulu dong, sayang. Nanti ikannya menjadi dingin, nih!" balasku mesra. Buah dadanya cukup besar (cup C) dan halus. Anna berbisik di telingaku, "Aaah, aku udah nggak sabar menunggu lagi, sayang. Aku sudah menjadi basah di bawah ini. Rasakan aja dengan jarimu." Memang benar, celana dalamnya sudah basah dan saat kusentuh liang kewanitaannya yang berbulu lebat itu ternyata basah kuyup. Hmm, inilah saatnya untuk membuat dia lebih gatal lagi. Pokoknya, ABG (Atas Bawah Gatal!) Kemudian aku memisahkan bulu- bulunya dan me njilat liang senggamanya secara halus dan pelan- pelan, mulai dari klitorisnya sampai ke bawah dan ke atas lagi. Rasanya enak, manis seperti buah kelengkeng. Aku mendengar suara Anna yang makin lama makin serak. Tiba-tiba dia berteriak dan berkata, "Oooh Michael.. jangan berhenti.. teruskan aja.. hmm.. enaak caranya begitu.. hmm.. ooh.. aku gatal sekali nih!" Dia tarik kedua kakinya ke arah dadanya dan aku mulai melepaskan celana dalamnya. Aku melihat lubang pantatnya yang bersih dan agak mekar, ada banyak bulu di sekitarnya. Terus, aku menjilat lubang pantatnya. Rasanya seperti kue bakpao. Sambil menjilat aku membuat kesimpulan, "Woow, jangan-jangan dia sudah beberapa kali diajak main ala Yunani!" Kuajukan pertanyaan yang lugas, "Kamu pernah pergi ke negeri Yunani?" Anna berkata dengan suara yang lembut, sambil menyentuh kemaluannya dengan tangan kirinya, "Oooh ya, sayang.. aku sudah beberapa kali pergi ke negeri Dewa dan Dewi itu. Hmm, enak main- main ala Yunani yang kuno! Kamu orangnya pinter ya, Michael. Kamu suka mempelajari pantat cewek?" Kujawab secara jujur dan lugas, "Iya, bener, aku suka pantat cewek- cewek!" Tiba-tiba terdengar suara dari perutku yang tandanya aku lapar. Terus, aku usulkan, "Eh, Anna, aku jadi laper nih. Ayo, kita lanjutkan makanannya lagi, supaya dapat tenaga untuk permainan kita selanjutnya." Anna sedikit kecewa karena diinterupsi, tapi dia setuju dengan usulku. Ternyata dia juga lapar sekali. Sehabis makan, aku pergi ke toilet dan Anna bertanya, apa aku perlu ditemani. Aku bilang sambil senyum, "Tunggu sebentar, ya sayang? Jangan kuatir, aku cepet kembali lagi." "Ya, cepetan aja ya, sebab aku sudah nggak tahan lagi! Sudah dua minggu aku tidak diajak main. Aku pesan buah- buahan, ya?" katanya. "Boleh aja, buah-buahan juga diajak main bersama kita nanti," jawabku. Di toilet aku sedang buang air kecil sambil mengambil nafas yang dalam. Burungku sudah kembali setengah tidur lagi dan aku merasa suatu nafsu yang besar untuk bercinta dengan Anna. Sehabis ini, aku menuju ke wastafel untuk mencuci tanganku. Kulihat wajahku di cermin, gembira dan agak merah. Terus, aku bilang kepada diriku sendiri, "Cool, si Anna ini bener-bener perlu ditangani secara baik, sebab sudah rasa gatal total!" Lalu kukeringkan tangan basahku dan mengamati sekitar ruang toilet. Aku menemukan sebuah mesin kondom. Hatiku gembira, "Nah, ini dia, temanku yang dicari!" Kumasukkan uang logam ke dalam mesin itu dan tarik pada tombol di bawah. Lalu, ada dua biji kondom merek Durex yang keluar. Aku kembali ke ruang makan privat kami lagi. Di situ aku kaget saat melihat Anna dengan pantatnya menuju ke arah pintu masuk dan sedang main dengan dildo di dalam liang senggamanya. Sekarang pantatnya kelihatan lebar dan sedang bergoyang. Kuambil nafas dan mengelus pantatnya. Kemudian, kujilat pantat dan lubang pantatnya sampai dia mengerang, "Yaauw.. ya, Michael, tolong ambil dildo yang kecil dari tasku," perintahnya. Kuambil tasnya dan mencari dildo di dalamnya. Lantas, kutemukan sebuah dildo yang kecil (warnanya kuning langsat), yang sering dipakai untuk melebarkan lubang pantat. Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu ruang makan kami. Aku tanya dengan hati yang jengkel, "Ya.. siapa itu?!" "Maaf ya, saya ganggu Pak.. saya pelayan restoran dengan mengantar buah- buahan," kata pelayan restoran. "Tunggu sebentar, ya!" jawabku. Anna mengeluarkan dildo dari liang senggamanya dan kembali duduk di kursi tanpa memakai celana dalam, sedangkan aku menyimpan dildo kecil di dalam kantong kemejaku. Lalu, kubuka pintu dan pelayan restoran masuk. Dia menaruh buah-buahan yang sudah dikupas di atas meja makan dan sekaligus dia meringkas meja makan. Dia minta maaf sekali lagi pada kami. Sesudah dia pergi, aku mengamati wajah Anna yang kelihatan haus seks. Kemudian, Anna melepas rok dan blusnya serta memandangku dengan badan yang telanjang total. Terus, dia menuju ke arahku. Dia memeluk dan menciumku. Kutarik dia dari ciuman itu dan mengantarny a ke meja makan, menyuruhnya berbaring di atas meja itu. Anna sempat melepaskan kancing kemejaku dan kulepas celana panjang termasuk celana dalamku. Dalam sekejap waktu aku juga telanjang total. Terus, Anna mengambil sepotong buah mangga dan sekerat buah jeruk manis. Kedua-duanya diperas di atas burungku. Aku merasakan dinginnya sari kedua buah itu. Lalu, dia jilat burungku dan emut pelirku juga. Jilatannya terasa enak dan lembut sekali. Aku mengambil nafas yang dalam sambil bilang dengan suara yang serak, "Cool Anna, sedap sekali!" Tiba-tiba Anna berhenti dan mengambil dildo yang kecil tadi dari kantong kemejaku, lalu memberikannya padaku, dia memutar badannya dengan punggungnya menghadap ke arahku. Dia perintah, "Tolong masukkan dildo kecil itu ke dalam lubang pantatku tanpa disemir." Kupikir, "Ya, kenapa tidak, tambah kelihatan erotis." Anna sudah tidak sabar lagi, "Ayo, cepet dong!" Kemudian kumasukkan dildo itu ke dalam lubang pantatnya secara bertahap dan Anna berteriak seperti macan betina. Aku bermain- main dengan dildo kecil, keluar-masuk, keluar- masuk sampai Anna menjadi buas. Dia memutar badannya ke arahku lagi, menjilat burungku lagi dan kali ini secara rakus. Sementara waktu, aku harus jaga diri, supaya burungku tidak meledak terlalu cepat. Jadi, kutarik rambut Anna dan dia mengerti. Anna tanya, apa aku bawa kondom. Lalu, kukeluarkan kondom dari kantong celana panjangku dan membuka bungkusan kondom itu dengan gigi depanku. Lalu, kuambil kondom itu dan memasangnya di burungku yang sedang berdiri kencang. Kali ini, aku disuruh berbaring di atas meja makan dan Anna naik ke atas meja itu. Lantas, dia jongkok dan memasukkan batang kejantananku ke dalam liang kewanitaannya. Melalui kondom itu aku bisa merasakan betapa hangat dan basah liang kewanitaan Anna. Dia mulai pompaku dan aku bilang, "Tolong pelan-pelan aja dulu!" Aku meraba kedua buah dadanya sambil menjilat puting susunya. Kedua tanganku turun sampai ke pinggang dan pinggulnya. Lantas ke arah pantatnya sampai ketemu dildo kecil yang masih ada di dalam duburnya. Kuangkat tubuh Anna dan kuputar dia, sehingga aku memasukkan batang kejantananku dari belakang ke dalam liang senggamanya. Pompaanku seirama dengan dorongannya ke belakang. Aku bermain- main dengan dildonya, masuk-keluar, masuk- keluar. Anna menjadi buas dan seluruh badannya berkeringat. Lalu, aku tarik dildo kecil itu dari dubur Anna dan kumasukkan batang kejantananku (yang masih diselimuti oleh kondom) ke dalam lubang pantat Anna secara pelan-pelan, supaya dia tidak kesakitan. Dia mengerang sampai terengah-terengah. Aku berkeringat luar biasa. Aku bilang ke diriku, "Jangan semprot sekarang, jangan semprot sekarang!" Beberapa saat kemudian, aku sudah tidak tahan lagi dan berbisik pada Anna, batang kejantananku mau meledak. Anna berteriak, "Tolong semprotkan air manimu di wajahku." Pada saat itu juga kutarik batang kejantananku dari lubang pantatnya sambil Anna cepat memutar badannya dan jongkok di depanku. Aku melepas kondomku dan menyemprotkan spermaku (yang berwana kuning langsat) di wajah dan mulut Anna sambil berteriak keras. Dia menelan spermaku dan menjilat batang kejantananku bersih sampai tetesan yang terakhir. Aku gemetar sekaligus merasa lega dan puas. "Terima kasih. Enak sekali, Michael. Cool man! Kamu tahu bener gimana caranya menggairahkan seorang wanita. Akan kuanjurkan juga ke teman-teman perempuanku yang lain." kata Anna dan dia menciumku di mulutku. Lalu, dia pergi ke toilet. Aku minum dari gelas anggur merahku dan mengenakan pakaian lalu pergi ke toilet. Sesudah kira-kira 10 menit aku kembali ke ruang makan dan lihat Anna di situ sambil minum anggur putihnya. Penampilannya sudah rapi kembali, tapi masih tersenyum nakal padaku. Lantas kami memutuskan untuk membayar dan pergi ke Hardrock Cafe. Sesudah membayar kami keluar dari restoran Intan Marina. Aha.. sudah agak sejuk di luar. Bagus, bagus! Aku puas hati sekali. Dan Anna, ooh.. dia meremas batang kejantananku sambil ka mi berjalan kaki ke mobilku. Ternyata Anna masih mau lagi, woow.. woow..!
TAMAT

Rabu, 23 Mei 2012

Lisa Kenalanku

Saya ingin menceritakan pengalaman saya dengan seorang teman saya yang belum lama ini terjadi. Namanya Lisa ***** (edited) yang juga adalah seorang warga keturunan. Saya mengenalnya ketika saya membaca suratnya di salah satu majalah bulan Desember yang mengatakan bahwa dia hendak berteman. Jadi akhirnya iseng-iseng saya mengirim surat kepadanya. Seminggu kemudian dia membalas surat saya. Setelah beberapa bulan berteman saya dikirimi foto oleh dia. Wah, rupanya orangnya cantik sekali. Belakangan saya mengetahui kalau tinggi dan berat badannya 167 cm dan berat 52 kg. Orangnya mempunyai postur badan yang benar- benar ideal. Akhirnya tepatnya Juni saat liburan kuliah dia memutuskan untuk datang ke Surabaya. Saya menjemputnya di bandar udara Juanda, tanggalnya saya masih ingat yaitu tanggal 22 Juni. Setelah pesawatnya tiba saya mencari-cari dia. Tidak terlalu sulit menemukan dia karena saya sudah mempunyai fotonya. Dan rupanya orangnya benar-benar cantik, kulitnya putih pokoknya tidak rugi aku kenal sama dia deh. "Halo apakah kamu yang bernama Lisa?" "Wah kamu rupanya, kamu pasti Robert kan?" "Iya benar." "Wah rupanya kamu keren yach, hahaha.." "Thanks atas pujiannya. Mau ngobrol di sini terus emangnya sampai malam." "Yah jelas nggak donk, so jadi aku nginap di Hotel **** (edited). Kamu udah booking-kan khan?" "Tentu dong, apa mau diantar sekarang?" "Boleh aku capek banget nich, ayo berangkat sekarang!" "Ayo.." Setelah 1 jam tiba di Hotel **** (edited) tersebut saya meninggalkan Lisa tentunya atas kehendaknya karena dia ingin beristirahat. Sore- sore sekitar pukul 18 :00 dia menelepon di HP saya dan menyuruh saya untuk mejemputnya makan malam. Sekitar pukul 19 :00 saya sampai di hotel, Lisa memakai baju tank top dan rok mini yang tentunya membuat semua mata cowok tertuju pada dia. Karena Lisa sudah menunggu di bawah maka tanpa basa basi saya dan dia langsung cabut. "Mau makan di mana nich?" "Terserah dech, pokoknya aku udah lapar banget dech." "Bagaimana kalau di restaurant **** (edited)." "Beres dech, pokoknya makan." Setelah makan kemudian kami berkeliling kota tanpa tujuan. Akhirnya dia memutuskan untuk main di tempat kontrakan saya. Karena saya tinggal sendirian di tempat kontrakan saya tentunya tidak ada yang bakalan marah kalau Lisa saya bawa ke kontrakan. Di kontrakan saya, kami berdua ngobrol-ngobrol sampai tidak terasa sudah jam 23 :00 WIB. "Hah udah jam segini, gimana dong?" "Wah iya yach.. kamu mau pulang sekarang? Aku antar yuk!" "Hm, nggak enak nich, masak malam- malam aku nyuruh kamu ngantar aku, biar aku pulang sendiri aja dech naik taksi." "Jangan, masak kamu pulang sendiri? Gini ajalah mending kamu nginap di sini aja. Kebetulan di sini ada kamar kosong kok. Itu kalau kamu nggak keberatan." "Ok dech, tapi jangan macam- macam yach!" Kami mengobrol sampai pukul 02 :00 pagi. Makin lama saya melihat si Lisa semakin seksi. Tubuhnya yang seksi membuat saya sangat bernafsu tapi saya tidak berani macam-macam terhadap dia. Dan kemudian akhirnya Lisa memutuskan untuk tidur. Saya mempersilakan dia tidur di kamar saya karena di sana lebih lengkap ada kamar mandi dan ber-AC, sedangkan saya sendiri tidur di kamar yang lainnya. Sewaku Lisa masuk ke kamar mandi untuk sikat gigi saya segera menyusup masuk ke kamar saya untuk mengambil beberapa barang rahasia saya, seperti boneka dan kondom yang ada di lemari saya. Malam- malam di kamar tamu karena sangat terangsang dengan keindahan tubuh Lisa saya melalukan onani dengan boneka yang saya punyai itu. Saya ingin mencari "ayam" di luar untuk melampiaskan nafsu saya tapi sungkan sama Lisa karena meninggalkan dia. Jadi akhirnya saya memutuskan melakukan onani yang ditemani boneka cantik itu. Boneka itu memang khusus untuk pria melakukan onani. Saya melepas semua pakaian yang saya kenakan lalu memasang kondom di penis saya kemudian saya mulai menindih dan melakukan onani terhadap boneka itu karena saya san gat terangsang mengingat keindahan tubuh Lisa. Saya melakukan onani dengan boneka itu sambil membayangkan saya sedang melakukan hubungan seks dengan Lisa. Malam itu saya melakukan onani sebanyak 3 kali sampai persediaan kondom saya habis. Kalau tidak pakai kondom takutnya nanti spermanya tercecer di dalam boneka sehingga saya harus mencucinya. Lalu akhirnya saya tertidur lelap tanpa memakai apapun. Pagi-pagi ketika Lisa hendak membangunkan saya, dia langsung masuk ke kamar yang lupa saya kunci. Wajahnya bersemu merah melihat saya yang tidur dalam keadaan telanjang. Saya sendiri kaget melihat dia dengan cepat menutup daerah bagian penis saya. Kemudian dia keluar dengan tergesa- gesa dengan wajah merah. Lalu saya mengenakan pakaian dan mandi dengan segera. Setelah itu kami berdua sarapan yang disiapkan oleh pembantu tidak tetap. Karena saya ingin berduaan dengan Lisa, saya menyuruh pembantu saya pulang dengan alasan saya mau keluar. Akhirnya pembantu itu pulang dan tinggal saya dan Lisa berdua. Kemudian Lisa bertanya, "Kok kamu tidur telanjang sih, terus pake boneka segala? Itu pasti boneka untuk cowok yach?" "Wah kok tau? Abis mau gimana lagi, lihat tubuh kamu yang seksi siapa yang tahan? Mau gimana lagi, satu- satunya jalan yah onani dech." "Itu salahmu, siapa suruh kamu nggak mau minta aku waktu tadi malam?" "Hah? Jadi boleh nich saya main sama kamu?" "Kalau nggak boleh ngapain aku tadi ngomong gitu." "Wah kalo gitu aku minta sekarang yach, aku dari kemarin bener-bener nggak tahan nich." "Terserah kamu aja, soalnya aku juga nafsu sama kamu nich, tapi kamu masih ada kondom khan? Aku nggak mau ah kalau nggak pakai kondom, soalnya aku ini kayaknya dalam masa subur nich." "Wah kayaknya udah habis tuh, aku pake tadi malam untuk onani. Kalau gitu aku beli dulu dech." Setelah sarapan saya segera ke apotek membeli kondom isi 12 warna hitam lalu pulang. "Nich kondomnya udah ada nich, so bisa khan mulai sekarang." "Wah udah nggak sabaran yach?" "Ya iyalah, gimana mau sabaran kalau udah dikasih lampu hijau kayak gitu. Aku bawa kamu ke kamar yach!" "Boleh." Lalu saya menggendong Lisa ke kamar sambil berciuman. Setelah di kamar saya membaringkan Lisa di tempat tidur, lalu saya menutup pintu. Setelah menutup pintu saya menuju ke ranjang dan melihat Lisa yang sudah terlentang pasrah. Tanpa membuang kesempatan lagi saya dan Lisa segera saling berpelukan, saling meraba dan saling berciuman. Rupanya ciuman Lisa tersebut sudah sangat hebatnya. Dia sepertinya sudah berpengalaman dalam kiss. Setelah berciuman beberapa waktu saya mulai melepaskan baju dan rok Lisa dengan perlahan-lahan sambil tetap berciuman. Setelah bajunya terlepas terlihat dadanya yang sangat luar biasa. Saya sambil menelan ludah beberapa kali melihat dadanya yang besar yang masih tertutup tersebut. Dadanya itu sepertinya berukuran 36B. Dengan tidak sabar lagi saya segera membuka penutup dadanya dan terlihatlah dadanya yang sangat indah tersebut. Tanpa basa basi lagi dan tanpa meminta ijin saya langsung meraba, meremas dan mengisap dadanya. Hal itu membuat Lisa merintih- rinih kenikmatan. "Oh.. uhh.. ohh pelan- pelannhh oohh.." Kemudian saya mulai meraba-raba celana dalamnya yang nampaknya sudah basah. Melihat saya meraba-raba bagian vaginanya yang masih tertutup celana dalam kemudian dia melepaskan sendiri celana dalamnya. Wow, tampaklah vaginanya yang indah dan seperti perawan (belakangan baru saya mengetahui bahwa dia mempunyai obat yang dapat merapatkan vagina). Bulu-bulunya yang tidak tebal tetapi juga tidak tipis. Bulu-bulu kelaminnya sangat rapi menambah keindahannya. Segera saya mencium dan menjilat vaginanya yang membuat dia semakin merintih kenikmatan. Tangannya menjambak rambur saya sambil sesekali juga meremas bantal, seprei dan sebagainya. Sedangkan tangan saya tetap meraba-raba dadanya yang montok itu. Sambil tetap menjilat-jilat vaginanya yang sudah semakin basah itu, saya mulai melepas pakaian saya satu persatu. Baju dan celana begitu terlepas langsu ng dilempar begitu saja oleh Lisa. Jeritan kenikmatannya makin menjadi-jadi ketika saya mencoba memasukkan jari saya ke dalam vaginanya. Hal itu membuat dia tampaknya semakin tidak tahan. Saya melakukan secara begantian. Memasukkan jari lalu menjilat dan seterusnya, hingga akhirnya, "Auhh.. aahh.. oohh.. aauu keluar.." terasa ada cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Saat Lisa mencapai orgasme dia sampai mendekap kepala saya dengan kedua pahanya sehingga kepala saya terjepit di vaginanya, sehingga saya sempat merasakan cairan Lisa yang benar-benar tiada duanya. Setelah itu Lisa terkulai lemas, sedangkan saya belum apa-apa. Namun saya membiarkan dia dulu untuk meresapi keindahan yang baru dicapainya sambil menunggu dia kembali lagi. Dan benar, 5 menit kemudian tampaknya dia mulai bergairah kembali. Lisa langsung melepas celana dalam yang saya kenakan, lalu dia menyuruh saya berbaring. Sambil berbaring dia menjilat- jilat seluruh tubuhku membuat saya merasa keenakkan dan membuat saya melenguh berulang-ulang kali. Lalu semakin lama ciuman dan jilatan Lisa makin ke bawah, dan akhirnya sampai ke daerah penis. Penis saya waktu itu sudah tegak sekali karena ciuman Lisa yang dari tadi. Lalu Lisa mulai memasukkan penisnya ke dalam mulutnya dan, "Ohh.. iihh.." hisapannya benar-benar luar biasa, tidak pernah saya rasakan sebelumnya dengan wanita manapun. Dia sangat pandai dalam mempermainkan penis saya. Kadang-kadang dikulum bagian kepalanya lalu bagian bawah kepala lalu buah zakarku dan kadang- kadang pula disertai remasan yang tidak terlalu pelan tetapi tidak terlalu keras. Hal itu benar-benar membuat saya merasa kenikmatan bercinta. Hisapan Lisa yang luar biasa itu membuat saya ingin segera memulai permainan yang sesungguhnya. Akhirnya saya bangkit berdiri dan membaringkan Lisa. Saya menyempatkan mencium bibir Lisa, meremas dadanya dan mencium vaginanya. Dan rupanya vaginanya sudah kembali basah. Setelah itu saya mengambil posisi yang tepat untuk memasukkan penis saya ke vagina Lisa. Tetapi Lisa memperingatkan saya untuk memakai kondom. Lalu saya mengambil kondom yang tadi sudah saya beli dan segera memasangkan pada penis saya. Setelah siap, Lisa yang sedang berbaring mengambil bantal untuk ditaruh di bawah pantatnya dan saya segera duduk dan siap untuk menembakkan penis saya ke arah vaginanya. Pertama kali saya menyodokkan penis saya, tidak masuk. Lalu untuk kedua kalinya saya menyodoknya masuk dan rupanya tepat sasaran masuk ke dalam vagina Lisa. Saya memasukkannya perlahan-lahan mulai kepalanya, lalu masuk setengahnya dan akhirnya masuk seluruhnya, dan ketika saya mulai memasukkannya hal tersebut membuat Lisa menjerit kenikmatan. Saya dan Lisa sama- sama bergoyang penuh kenikmatan. Kadang- kadang saya meraba- raba dadanya atau bulu vaginanya sambil tetap mengeluar-masukkan penis saya ke dalam vagina Lisa dan memastikannya penis saya tidak keluar dari sarungnya. Setelah 10 menit kemudian Lisa meminta saya untuk mengganti posisi. Dia menyuruh saya berbaring lalu dia duduk di atas sambil bergoyang. Katanya posisi itu membuat dia cepat mencapai puncak klimaksnya. Dalam posisi itu kadang-kadang kami saling berpagutan, lalu aku meraba-raba dadanya yang sangat saya sukai bentuknya dan ukurannya. Tidak lama kemudian terasa di penis saya yang berada di dalam vagina Lisa ada cairan kenikmatan. Rupanya Lisa telah mencapai klimaksnya untuk yang kedua kalinya. Semenit kemudian saya merasa juga akan mencapai klimaksnya maka saya mulai menggerakkan badan saya dengan cepat dan "Croott.." sperma saya keluar dengan banyak dan segera saya cabut penis saya yang bersarung itu dari vagina Lisa. Lalu Lisa melepas kondom yang saya gunakan itu dan kemudian dia menjilat penis saya. Sejenak kami hening merasakan kenikmatan yang baru kami rasakan dan akhirnya kami tertidur. Saya dan Lisa melakukan kegiatan seks itu sebanyak delapan kali. Pertama dan kedua di kamar tidur saya. Ketiga di kamar mandi. Keempat, kelima sapai ke delapan di hotel t empat dia menginap. Kami benar-benar merasakan kepuasan yang tiada tara. Lisa di Surabaya cuma 4 hari. Kemudian dia pulang. Dan hari ini tanggal 15 January dia menikah karena dijodohkan.

Sabtu, 19 Mei 2012

Malu Malu Mau

Pertama kali aku pacaran yaitu pada waktu semester pertama di kuliahku di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Y. Memang aku agak telat untuk pacaran, semasa SMA dulu dimana sekolahku adalah sekolah homogen yang muridnya cowok semua temen-temenku kebanyakan sudah pada punya pacar sementara aku masih betah sendirian. Bukannya aku tidak laku atau bagaimana, tetapi memang aku-nya yang belum mau untuk membina suatu hubungan di samping nasihat dari orangtua yang menganjurkan aku untuk sekolah dulu sampai selesai baru pacaran. Namun ketika aku masuk ke bangku perkuliahan nasihat dari orangtuaku jadi tidak mempan ketika aku naksir seorang cewek sekelas yang cantik, seksi, pintar dan merupakan "bunga" kampus di angkatanku, Adriana namanya dan biasa dipanggil Ana. Dia cewek yang mempunyai darah keturunan dari Jawa Timur - Kalimantan - Belanda, jadi masih bau-bau indo gitu. Langsung aku putar otak untuk mencari cara mendekatinya, maklum baru kali itu aku mencoba untuk melamar cewek untuk jadi pacar. Singkat kata akhirnya aku dapatkan Ana menjadi pacarku. Awal- awal kami pacaran berjalan biasa-biasa saja dalam arti normal saja, seperti layaknya remaja lain yang berpacaran. Namun ketika suatu waktu aku ajak Ana keluar untuk merayakan Valentines Day dia menagih janji yang aku ucapkan waktu di jalan. Memang waktu itu aku beri dia kejutan seikat mawar merah tanda cintaku padanya, kelihatan dia surprise sekali dan bertanya "Wah, kamu ini senengnya kok bikin kejutan sih sayang. Masih ada kejutan lagi tidak nanti?" Aku jawab saja sekenaku, "Oh, pasti ada doong.." sambil otakku berputar karena memang aku tidak ada kejutan lagi untuknya. Ketika di mobil masih di parkiran sebuah rumah makan yang tempatnya memang agak gelap setelah kami selesai makan dan akan pulang, Ana kembali menagih janjiku itu "Mana doong, katanya ada kejutan lagi buat aku?" rajuknya manja. Aku terhenyak bingung, belum sempat aku berpikir tanpa kusadari aku menyorongkan wajahku ke wajah cantiknya untuk mencium pipinya. Tapi ternyata cewekku itu malah menyambutnya dengan bibir sensualnya hingga bibir kami saling beradu. Aku sempat kaget juga, maklum baru kali itu aku mencium bibir cewek. Tapi karena ketika SMA aku sering baca buku porno dan liat film BF maka aku pun segera mencoba untuk mengimbangi cewekku dengan memainkan bibirku di bibirnya. Tidak lama kami berciuman, mungkin dia merasakan aku yang begitu canggung dalam berciuman, alamak.. malu sekali aku. Memang bagi Ana, aku ini adalah pacarnya yang ketiga setelah putus dengan pacar-pacarnya yang terdahulu jadi dia sudah berpengalaman dalam urusan cium-mencium dan seks dibandingkan dengan aku yang hanya tahu teorinya saja. Tapi inilah awal dari semua cerita indah kami saat berpacaran. Sejak saat itu kemudian aku jadi ketagihan untuk mencium bibir sensual gadisku itu, bahkan malah dia yang membimbing tanganku untuk membelai-belai bagian tubuhnya. Pada suatu ketika saat kami berciuman di suatu lembah yang sepi di pinggir sawah aku kembali dibuat malu oleh Ana karena waktu itu memang aku hanya mencium bibirnya saja sedangkan tanganku anteng hanya memeluk pinggul atau punggungnya. Dibimbingnya tanganku menuju buah dadanya yang berukuran 36B itu, dan kembali aku terhenyak karena kekenyalan bukit indah kembar tersebut. Tanganku menelungkupi buah dada itu walau masih tertutup baju, tapi ada rasa nikmat dan senjataku jadi tegang. Lalu aku lepaskan ciumanku sambil menatapnya tapi tanganku masih memegangi buah dadanya "Ada apa sayang?" tanya Ana. Aku tersipu malu, kemudian Ana bertanya, "Mau pegang ini hh..?" sambil matanya melirik ke buah dadanya yang indah itu. "Boleh..?" tanyaku, tanpa menjawab Ana langsung menarik tanganku masuk ke kaos ketatnya sampai ke BH-nya dan kemudian dipelorotkan satu tali BH- nya sehingga buah dadanya menyembul keluar. Tanganku pun kembali menelungkupi buah dadanya yang montok dan kenyal itu hanya bedanya sekarang tidak ada p enghalang sehingga putingnya yang bulat dan keras itu terasa di telapak tanganku. Ana mendesah dan kembali kami berciuman, senjataku pun menjadi semakin tegang dan mengembang dalam celana jeansku. Karena nafsuku sudah sampai ubun-ubun kugesekkan kemaluanku ke perutnya, Ana semakin mendesah merasakan besarnya senjataku. Semua itu kami lakukan sambil berdiri bersandar pada sebuah pohon. Karena tempat itu agak terbuka akhirnya kami akhiri cumbuan kami karena takut ketahuan warga sekitar. Namun setelah itu aku jadi semakin berani dan pintar dalam bercumbu, sering kami melakukan di rumahku di saat mengerjakan tugas kampus berdua, didukung suasana rumah yang sepi karena kedua orangtuaku bekerja dan adikku waktu itu masih sekolah hanya ada pembantu yang menyambi buka warung kelontong di garasi rumahku. Kadang juga kami bercumbu saat di bioskop, di mobil, sampai di toilet kampus bahkan saat kami berdua berboncengan naik motor Ana sering meremas-remas dan memainkan batang kemaluanku dari belakang. Di atas sofa saat di rumahku kami bercumbu dengan hot- nya, aku buka kaos ketat Ana yang memakai resleting di depan sebagai kancing (sengaja aku belikan kaos itu untuknya supaya mudah dibuka saat ingin bercumbu). Aku buka BH-nya sehingga tampaklah buah dadanya yang menyembul indah di hadapanku. Kemudian aku remas-remas dengan gerakan memutar dari luar menuju ke dalam. Sementara itu aku melumat bibir sensualnya, kemudian turun ke lehernya. Aku jilati lehernya sampai ke telinganya, Ana mendesah pelan pertanda dia mulai terangsang. Jilatanku turun terus sampai kemudian ke buah dadanya. Aku jilati dan caplok buah dada itu, kusedot-sedot, lalu kujilati putingnya. Ana meremas rambutku sambil menekan kepalaku ke dadanya. Terus kulakukan itu terhadap buah dada yang satu lagi. Jilatanku turun ke perut, kujilati perutnya Ana menggelinjang kegelian. Tapi jilatanku tidak bisa turun lagi karena terhalang celana panjang katunnya. Nafsuku semakin memuncak, kemaluanku tegang sekali ingin mencari lubang kenikmatannya untuk kumasuki. Kurebahkan dia di sofa itu kemudian kugulung ke atas sampai ke paha celana katunnya. Terlihat betis indahnya menantang serta paha mulusnya yang putih itu seakan memanggilku untuk mengelusnya. Langsung saja kucium, jilati, dan elus mulai betis indahnya sampai ke pahanya. Memang aku selalu tertarik dengan cewek yang cantik seksi dan mempunyai sepasang kaki yang indah dan panjang seperti Ana cewekku itu. Batang kemaluanku sudah tambah tegang di dalam celana pendekku yang kukenakan dan aku tidak tahan lagi, kemudian aku tindih tubuh Ana sambil mengepaskan kemaluanku yang tegang itu di liang kemaluannya yang masih tertutup celana katun itu. Ana memelukku dan kemudian kugesek- gesekkan batang kemaluanku di situ sambil tanganku tak henti mengelus betis mulus dan meremas pahanya. "Ssh.. ah.. ah.. ah.. ehm.. sayang, I want it real baby.. ehm.. ehmm.. ssh.." desah Ana di kupingku. Aku tidak peduli dengan kata-katanya, gesekanku kupercepat payudara Ana bergerak-gerak karena desakanku di tubuhnya. Ana semakin tidak karuan gerakannya, sambil menggigit bibir bawahnya dia terus mendesah dan aku semakin terangsang oleh desahannya itu. Tak lama kemudian Ana memperketat pelukannya sambil membenamkan wajahnya ke dadaku yang berbulu dan berteriak tertahan (takut ketahuan pembantuku soalnya), "Aaahh.. sayaangg.. oohh.. aku keluar baby.. eehh.. hhmm.." Kuhentikan gesekanku di kemaluannya, dan Ana melepaskan pelukannya sambil mengecup bibirku dan berkata "Kamu huebat sayang.." dengan matanya yang indah mengerjap-ngerjap seakan masih menikmati orgasmenya itu. Sekarang tinggal aku yang belum tuntas, Ana seakan mengerti keinginanku kemudian bangkit dan membuka celanaku kemudian meraih batang kemaluanku yang berdiri tegak itu, dielusnya perlahan kemudian dikocoknya lalu dikulumnya batang kemaluanku. Geli sekali rasanya, tapi enak sekali! Lain sekali rasanya apabila aku onani sendiri menggunakan guling yang selama ini sering aku lakukan. Dised ot-sedot oleh mulutnya kemaluanku, tapi kemudian aku tarik kepalanya dan kusuruh Ana untuk tengkurap di sofa. Setelah tengkurap kupandangi pantatnya yang padat bulat itu lalu kuremas-remas. Aku lalu mengangkanginya dan menggesekkan batang kemaluanku mula-mula di betis indahnya lalu di paha putih mulusnya kemudian berakhir di pantat bulatnya yang masih tertutup celana katun itu. Kugesekkan, ooh.. nikmat sekali pantatnya sambil tanganku meremas- remas payudaranya dan kuciumi pipi dan lehernya. Gesekanku di pantatnya semakin kupercepat, sampai Ana terdorong ke depan karena gerakanku. Akhirnya penantianku hampir sampai, "Oh.. Ana..pantatmu enak sekali.. uuh.. aku mau keluar sayang.. aah.." dan, "Creet.. croot.. croot.." air maniku memancar keluar di dalam celana dalamku. Aku terkulai lemas menindih Ana yang masih tengkurap sementara batang kemaluanku masih di pantatnya yang bulat itu. Setelah itu kami merapikan baju dan kembali mengerjakan tugas kuliah kami. Nah, maka ketika kami dapat tugas dalam kuliah, kami senang soalnya dapat kesempatan untuk bercumbu ria, untuk memperlancar itu aku dan Ana selalu berdua membentuk kelompok sendiri (maklum, kami berdua memang sama- sama punya nafsu yang besar). Namun itu belum seberapa, puncaknya saat mahasiswa angkatanku akan mengadakan study tour ke Jakarta, tentu saja aku serta Ana jadi panitia inti dan karena aku menjabat sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa Jurusan. Maka otomatis rumahku jadi base camp anak- anak panitia untuk membuat surat-surat kunjungan ke instansi- instansi di Jakarta dan perijinan serta membuat buletin study tour. Nah, sebelum teman-teman datang Ana pagi-pagi sekali sudah datang di rumahku, tidak lain tujuannya untuk bercumbu mesra itu tadi. Namun bukan itu yang akan kuceritakan, karena ada pengalaman lain yang tak terlupakan buatku untuk kuceritakan di sini.
Singkat cerita study tour kami berjalan sempurna, aku dan Ana sudah punya rencana untuk memisahkan diri dari rombongan setelah kunjungan terakhir di sebuah kantor organisasi dunia di Jakarta. Kami berdua sepakat untuk tidak mengikuti rombongan yang sebelum pulang ke Y akan mampir rekreasi di Dunia Fantasi, karena nantinya ternyata kami berdua membuat dunia fantasi kami sendiri. Untuk mengelabui dosen dan teman-teman lainnya, kami pamit memisahkan diri dari rombongan dengan tujuan masing-masing. Ana akan ke rumah kakak perempuannya di Bekasi sedangkan aku akan ke rumah Pakde di Jakarta Selatan. Namun setelah aku telepon ke Pak De ternyata beliau sekeluarga sedang ada di Puncak selama 3 hari dan di rumah hanya ada pembantu saja. Mendengar itu Ana langsung mengajakku ke rumah kakaknya saja, aku menurut saja karena aku tidak begitu tahu kota Jakarta. Setelah sampai di rumah kakak perempuannya, aku dikenalkan dengan suaminya. Tak berapa lama aku semakin akrab dengan keluarga muda tersebut. Mereka belum mempunyai momongan dan tinggal di perumahan dengan satu pembantu. Karena kakak ipar Ana adalah pekerja yang sibuk, beliau seorang manager di suatu perusahaan konstruksi alat berat, maka sampai di rumah sudah capai dan langsung tertidur di kamar. Sedangkan kakak Ana seorang ibu rumah tangga biasa. Aku diberi kamar tidur yang terpisah dari kamar Ana, namun pada suatu malam Ana menyelinap ke kamar yang kutempati. Mula-mula kami hanya ngobrol- ngobrol saja membicarakan rencana kepulangan kami berdua, tapi lama- kelamaan kami semakin merapat dan langsung berciuman. Memang selama study tour kami "puasa" tidak bercumbu, maka kesempatan itu tidak kami sia-siakan apalagi kakak Ana dan suaminya sudah tertidur di kamar atas dan pembantu sudah molor sejak jam sembilan malam. "Sayang! tolong buka bajuku doong.. biar enak," kata Ana. Lalu kami bergulingan di kasur saling menindih menuntaskan hasrat yang tertahan. Di sela-sela bercumbu terdengar suara benda jatuh di teras depan. Aku melepaskan ciumanku dan keluar memeriksa, ternyata hanya seekor kucing yang menyenggol pot tanaman. "Sial..!" gerutuku, "gangguin orang lagi seneng aja tuh kucing." Tapi untungnya seisi rumah tidak ada yang terbangun gara-gara kucing buluk itu. Lalu kembali aku masuk ke kamar melanjutkan permainanku dengan Ana. Mulai kulumat bibirnya, kumainkan lidahku di mulutnya, kucium lehernya dan kujilati telinganya. "Aaah.. sayang, kamu.. hh.. kangen tidak sam.. sama aku?" tanya Ana sambil terengah-engah menahan rangsanganku. Aku tidak menjawab karena mulutku sibuk menciumi lehernya. Tanganku melepas BH- nya, tapi Ana merajuk dan memakai kembali BH itu. "Enngg.. sayang jangan pakai tangan doong.. ngelepasnya pake mulut kamu dong yaang.. please.." edan tenan, baru kali ini Ana minta yang aneh-aneh sama aku. Tapi aku turuti kemauannya. Kugigit tali BH-nya lalu kupelorotkan sampai ke lengan, sementara itu untuk membuka cup BH-nya kugigit pinggirannya dan kupelorotkan ke bawah hingga hidungku menyenggol putingnya yang sudah tegak mengeras itu. "Aaauuw.. geli sayang, teruss.. sayang yang satunya lagi.." pinta Ana manja. Kembali aku melakukan hal yang sama terhadap payudara yang satunya hingga menyembul, keluarlah dua bukit kembar yang montok, besar dan indah itu di depan mataku. Dengan buas langsung kucaplok payudara kirinya, kusedot-sedot dan kujilati putingnya sementara tangan kiriku meremas-remas payudara kanannya. Kemudian bergantian kucaplok payudara kanan sementara payudara kiri kuremas- remas sambil kumainkan putingnya (karena payudara kiri Ana yang paling sensitif terkena rangsangan). Payudaranya sekarang basah oleh air liurku sehingga tampak mengkilat diterpa cahaya lampu kamar 5 Watt. Jilatanku turun ke arah perutnya, tanganku sibuk mengelus-elus betis indah dan paha putih mulus Ana. Lalu kupelorotkan celana pendek yang dikenakan Ana sehingga sekarang dia hanya memakai celana dalam saja. Aku turun ke bawah untuk menciumi betis Ana la lu naik ke atas menciumi pahanya sampai ke paha bagian dalam hingga ciumanku sampai di selangkangannya tepat di liang kemaluan dan klitorisnya yang masih tertutup celana dalam. Nampak sudah basah celana dalam Ana waktu itu. "Auuw sayang enak.. ehmm.. teeruzz sayang.. lepas aja celanaku.. ooh.." ceracau Ana. Mendengar itu tanpa disuruh untuk yang kedua kalinya langsung kutarik celana dalam Ana sampai lepas. Aku tertegun melihat kemaluan Ana yang sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu lembut itu, sumpah baru kali ini aku melihat yang aslinya. Ternyata lebih indah daripada yang ada di gambar porno di internet karena bisa langsung disentuh dan dijilati. Aku masih terpana dan bingung melihatnya, lalu aku teringat sebuah adegan di film BF yang pernah kutonton. Maka aku pun segera meniru adegan itu, pertama- tama kusentuh bibir kemaluan Ana, "Eeeh.. hhmm.." desah Ana. Lalu kujulurkan lidahku dan mulai menjilati bibir kemaluannya, terasa asin dan berbau khas kewanitaan Ana namun semakin membuatku bernafsu. Kemudian lidahku menjilati klitorisnya yang mulai membengkak itu, "Aaauw.. sayang, kamu apain anuku?" tanya Ana. Namun belum sempat kujawab, Ana berkata, "Lagii doongg.." memintaku untuk menjilati klitorisnya lagi. "Oouw.. enak sekali.. ehmm.. aduh.. sayy.. aanngg.. ehh.." ceracau Ana sementara kujilati klitorisnya. Cairan kenikmatan semakin deras keluar dari liang kemaluan Ana dan tanpa ragu kujilati, terasa asin dan baunya yang khas sungguh merangsangku. Lalu kemudian aku bangkit dan mengangkangi tubuh Ana lalu kuletakkan batang kemaluanku di lembah antara kedua bukit kembarnya (setelah kulepas baju dan celanaku tentunya). Kutekan dengan tangan kedua payudaranya untuk menjepit batang kemaluanku itu, sambil merem melek kugesekkan batang kemaluanku sampai menyentuh dagu Ana. Kemudian aku minta Ana untuk mengulum batang kemaluanku, belum sempat dia siap aku sudah menyorongkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya hingga masuk setengahnya. Ana hanya diam, tapi aku segera menarik dan menyorongkan kemaluanku bolak-balik. Mungkin karena Ana tidak siap dia hanya pasif saja sehingga kutarik batang kemaluanku. Setelah bosan dengan gaya itu kemudian aku merangkak turun sambil tanganku mengelus-elus kemaluan Ana yang semakin basah. Karena aku sudah tidak tahan menahan nafsu untuk menyetubuhi Ana apalagi melihat pandangan Ana yang sayu yang juga sudah sama-sama nafsu, kuarahkan batang kemaluanku yang mengacung tegak itu ke arah liang kemaluannya. Namun apa yang terjadi, ketika nyaris ujung kemaluanku mengenai bibir kemaluannya, Ana menahan perutku dengan tangannya, "Sayang kamu mau ngapain? Mau dimasukin yah.. jangan doong.. aku kan masih perawan!" Busyet! edan tenaann, aku seakan-akan disambar geledek mendengar pengakuan Ana dengan setengah tidak percaya. Bagaimana mungkin Ana yang menjadi pembimbingku dan begitu pintar dalam hal seks yang notabene sudah berpacaran sebanyak tiga kali itu masih perawan? "Please.. sayang.. tolong dong ngertiin aku.. kita nikmatin itu nanti kalo kita sudah nikah aja ya sayaangg.." lanjut Ana. Mendengar itu aku luluh juga, karena aku sendiri berprinsip tidak akan merusak gadis cantikku ini sebelum menikah. Tapi bagaimana dong, kemaluanku yang masih tegang itu masa cuma dianggurin saja. Lalu kubelai rambut Ana yang masih kukangkangi itu sambil berkata, "Oke sayangku, aku tidak akan maksa kamu.. tapi kita lanjutin dong acara kita. Masa sudah di puncak kok tertahan, kita main seperti biasa aja, gesek-gesekan okey?" sambil kukecup kening dan bibirnya. Setelah itu tangan Ana yang menahan perutku dilepasnya sehingga dengan cepat kuarahkan batang kemaluanku untuk kugesekkan di bibir kemaluannya. "Cepak.. cepok.. cepak.. cepok.." bunyi gesekan kemaluanku dengan bibir kemaluan Ana yang sudah sangat basah itu. Untungnya kasur itu hanya digelar di atas tikar di lantai sehingga tidak ada bunyi derit ranjang gara-gara gerakan kami yang liar. Ana hanya merem melek sambil sesekali mengerang nikmat menerima perlakuanku. Sema kin lama kelihatan Ana semakin menikmati permainan kami itu dengan menggoyang- goyangkan pinggulnya, sehingga membuat aku nekad mengarahkan kepala kemaluanku ke lubang kemaluannya. Kutekan sedikit sehingga agak masuk ke dalam, yah.. kira-kira hanya kepala kemaluanku saja, terasa hangat. Kutarik dan kutekan berkali-kali secara hati-hati agar tidak merusak keperawanan Ana. Kuhentikan gerakanku kemudian kucium bibir Ana. Terasa kemaluanku dijepit ketat, rasanya ngilu tapi enak sekali. "Sayang, kamu masukin ya?" tanya Ana sambil dadanya naik turun karena napasnya tersengal-sengal menahan nafsu. "Enggak kok, cuma digesekin di luar aja," aku berkelit (padahal sih iya walau cuma sedikit). Setelah itu kuganti gaya, seperti biasanya Ana kusuruh tengkurap langsung kemaluanku kugesekkan di pantatnya yang empuk-empuk padat itu. Ehhm.. nikmat sekali rasanya. Hampir saja aku mau keluar di pantat Ana tapi dengan segala daya upaya kutahan. Kubalikkan tubuh Ana dengan lembut kukecup bibirnya, payudaranya, perutnya lalu kugesekkan kemaluanku di betis indah Ana. Woouuwww.. semakin tegang dan nikmaat. Apalagi aku paling nafsu dengan betis mulus dan indah milik wanita. Gesekanku bergantian di kedua betis indahnya, begitu juga dengan paha mulus putihnya, hingga terasa sudah di ujung air maniku ingin keluar dari "tempatnya". Kembali batang kemaluanku kugesekkan di bibir kemaluan Ana, belum lima kali gesekan aku pun keluar dengan suksesnya, "Aaah.. Ana sayang.. uuh.. aku keluar ahh.. enaakk.." "Croot.. creet.. craat.. criit.." Air maniku pun muncrat di perut Ana dan sebagian di pangkal pahanya. Ana terperanjat kaget, lalu segera bangkit dan meraih celana dalamku yang kebetulan berserakan di dekat tubuhnya dan segera melap kemaluannya dari air maniku. Aku maklum melihatnya dan membantu membersihkan, lalu aku gandeng dia ke kamar mandi untuk mencuci kemaluannya dengan sabun antiseptik supaya air maniku tidak masuk ke rahimnya. Terus terang kami belum siap kalau Ana hamil duluan. Setelah dikeringkan dengan handuk, aku peluk tubuh bugil seksinya dan kukecup kening dan bibirnya sembari kubelai rambut wanginya. Dia mencubit dada berbuluku, sambil berkata, "Iiih.. kamu bandel banget siih sayang, nanti kalo aku hamil gimana hayoo!" Mata bulat indahnya mendelik ke arahku, namun bukannya aku menyesal tapi malah gemas melihat wajahnya ketika sedang marah gitu jadi tambah kelihatan cantik sekali. Alhasil aku rengkuh tubuhnya ke dalam pelukanku dan kemaluanku kembali tegang. Setelah keluar dari kamar mandi kami merapikan diri dan Ana kembali ke kamarnya lagi setelah mencium bibirku dengan lembut lalu aku tertidur kecapaian. Hingga keesokan harinya aku terbangun sinar matahari sudah terang menembus kamar dan mataku tertumbuk pada noda merah agak tidak jelas dan masih sedikit basah di seprei kasurku. Ya ampuun, kalau benar itu noda darah berarti memang Ana masih perawan dan akulah yang mengambil keperawanannya walaupun aku tidak bermaksud demikian. Barulah aku percaya memang Ana adalah gadis baik-baik, sehingga membuatku tambah cinta. Maafkan aku sayang, aku sudah berprasangka buruk sama kamu, ohh gadis cantikku ternyata masih ada cewek seperti kamu yang masih menjaga kesuciannya. Tapi kejadian itu malah tidak membuat kami berdua kapok, bahkan malam berikutnya kami melakukan lagi di kamarku setelah sebelumnya Ana bilang padaku kalau liang kemaluannya linu kusodok dengan batang kemaluanku. "Tapi kamu jangan kapok lho sayaang.. nanti malam lagi yaah.." bisiknya manja saat kami jalan- jalan di Mall. Sampai kemudian kami pulang ke Y di atas kereta dengan sembunyi-sembunyi kami saling cium bibir dan remas bagian tubuh kami yang peka rangsangan. Nah, itulah pengalaman pribadiku yang tidak bisa kulupakan sampai sekarang walaupun saat ini aku dan Ana sudah berpisah karena banyak halangan seperti hal yang sangat prinsip buat kami berdua yang menghadang hubungan kami. Dengan sadar dan berat hati walaupun terasa pedih dan sakit di dada, kami akhiri hubungan kami , dan sudah semenjak putus dengan Ana empat tahun lalu di akhir tahun 96, aku belum menemukan pengganti Ana sebagai belahan jiwaku. Ana, aku selalu dan tetap mencintaimu walaupun kita tidak bisa bersatu, kamu tetap ada di hatiku sebagai bagian dari memori indah hidupku selama ini. Maafkan atas semua perbuatanku kepadamu selama kita memadu kasih dan kudoakan semoga kamu bahagia bersanding dengan orang yang benar-benar bisa membimbing dan mencintaimu untuk selamanya. Aku akan turut bahagia bila kamu juga merasakan bahagia permaisuriku. Terimakasih atas segala perhatianmu dan kasih sayangmu kepadaku yang telah kau berikan dan jangan kau lupakan aku sayang.