Kamis, 15 Agustus 2013

Nikmatnya Bercinta Dengan 2 Mantan Pacarku


Karena orang tua sedang pergi keluar kota, sehabis pulang sekolah kurasakan suasana rumah sangat sepi. Ga tahan dirundung kesepian dan bosan, lalu kucoba menghubungi teman-teman sekolah satu persatu. Ternyata mereka pad asibuk dengan urusan masing-masing dan ga ada yang mau datang maen kerumahku. Sesaat kucoba telepon mantan pacarku saja, ternyata ada, dan kucoba satunya lagi dan ternyata juga ada. Akhirnya kuundang mereka berdua datang ke rumah.
Disinilah awal cerita panas ngentot pacar ini dimulai.

Beberapa menit telah berlalu. Akhirnya mereka berdua datang kerumah. Suasana sepi rumah hilang dan kami pun saling bercanda. Rian dan Anto adalah mantan pacarku dan kami awalnya teman yang cukup akrab dan suka berkumpul bersama. Sebenarnya masih ada perasaan suka di hatiku terhadap mereka. Rasanya kurindu akan suasana dulu. Kami mulai bercanda dan duduk bersamaan. Rian memang mantanku yang agresif. Terkadang ia memegang tanganku dan juga merangkulku. Anto melihat reaksi Rian tampaknya ia tak mau kalah. Hal yang sama pun ia lakukan.

Mungkin karena mereka mantanku maka aku tidak canggung. Sebenarnya aku menyukai sentuhan-sentuhan mereka. Tahap demi tahap kejadian pun terlewati. Kadang aku dipeluk Rian dan kadang aku dipelukan Anto. Aku pun tak mau kalah, kebetulan Anto saat itu diam dan kupeluk ia dari belakang. “Rin, itu kamu empuk ya,” sahut Anto sambil menggoyangkan punggungnya yang tertempel dadaku sehingga bergesekan. Kurasakan nyilu dan nikmat di putingku, dan membuatku terdiam sesaat. Kemudian,
“Masa, sori Nto.. tapi enak ya,” ucapku sambil bercanda.
“Kayak gitu nggak enak, yang enak kayak ini,” perlahan Rian menarikku dan perlahan kulepaskan Anto.
Rian memelukku, tangannya kurasakan menyentuh dadaku dan mengusap-usapnya lalu meremas-remas.

Sesaat kuterdiam menahan nafas dan agak terkaget dengan sentuhan Rian. Kurasakan putingku mengeras dan menegang membuat aliran darahku terangsang keseluruh tubuh. Rasanya nyilu dan nikmat membuat seluruh tubuhku merinding dan lemas. Perlahan mengalir ketonjolan didekat saluran kencingku. Kemudian kurasakan bibir vagina dan anusku berdenyut-denyut. Kusadari aku terangsang. Untung Rian tak menyentuh selangkanganku. “Udah yan, lepasin tangannya dong!” ucapku sambil kedua tanganku melepaskan kedua tangan Rian dari dadaku. Walaupun sebenarnya kusuka, tapi kutolak karena aku terangsang. Kurasakan sebuah bibir mencium kupingku. Mataku melirik ke arah wajah tersebut dan kulihat sekilas wajah Anto. Sesaat kuterdiam kembali. Nikmat di dalam darahku mengalir kembali. Bibir Anto kemudian melumat daun telingaku. Kurasakan nikmat dan lembut mulut Anto dan membuatku tidak dapat mengelak dan menolak. Perlahan lidah Anto menjulur masuk ke lubang telingaku. “Aaahh..” hanya itu yang bisa kuucapkan. Daguku terangkat tinggi. Kurasakan putingku mengeras dan menegang menjadi sensitif. Kurasakan nyilu dan nikmat di putingku.

Tampaknya Rian tak mau kalah. Segera tangannya meremas-remas dadaku. Perlahan kurasakan mulut Rian melumat bibirku. Lidahnya menjilati semua yang ada di mulutku. Aku hanya bisa terdiam tak bergerak, kurasakan pikiranku melayang jauh. Birahiku mengalir di dalam darahku. Tubuhku semakin sensitif dan haus akan sentuhan. Terlintas di pikiranku berharap mendapatkan yang lebih lagi. Kurasakan buaian tangan Anto di pahaku sehingga membuat daerah sensitif di selangkanganku semakin menjadi. Kurasakan rokku perlahan diangkat Anto. Tangannya mengelus-elus pahaku dari daerah paha luar, dalam dan sampai di belahan selangkanganku.

Terlintas di pikiranku bahaya bila pembantuku melihat kejadian ini. Perlahan kulepaskan bibirku dari bibir Rian. Dengan suara yang tegang dan gemetar akhirnya dapat kuucapkan,
“Udah dong..! Jangan ya, nanti pembantuku ngeliat.”
Akhirnya mereka berhenti.
“Sorry ya Rin, aku kangen ama kamu,” ucap Anto.
“Aku juga, maaf ya.. abis tubuh kamu bagus nggak kayak pacar gua sekarang,” sahut Rian sambil salah satu tangannya mengelus dadaku.
“Nggak apa-apa aku juga, kita ke atas yuk!” ucapku.
Lalu kami bergegas pindah ke atas.

Selesai naik tangga ternyata Rian langsung memelukku sambil berjalan. Kedua tangannya menggerayangi buah dadaku. Kurasakan putingku menegang nyilu yang nikmat. Birahi mengalir dalam darahku membuatku terangsang. Kemudian kami bertiga duduk. Dan tak lama kemudian tubuhku kali ini dirangkul oleh Anto. Tangannya mengelus dan meraba pahaku, kemudian perlahan menyusup di rokku. Tak lama kemudian celana dalamku yang membentuk belahan kemaluanku terlihat jelas. Tangannya bergerak dari bagian paha luar, dalam, dan selangkanganku. Terasa bibir vaginaku berdenyut dan sensitif. Sebenarnya tanpa mereka sadari aku sedang menikmati kejadian ini dan aku terangsang. Aku berusaha menyembunyikan perasaan ini.

“Rina.. Paha kamu mulus.. putih.. kulit kamu lembut ya,” sahut Anto dengan kedua tangan yang menikmati tubuhku. Sesaat kemudian kurasakan tangan Rian mendekap salah satu buah dadaku yang sedang terangsang. Sesaat nafasku tertahan kemudian batinku terdiam. Kurasakan nikmat di dadaku. Putingku sedang dialiri darah birahi. Perlahan daguku terangkat tinggi. Akhirnya nafasku berburu. Tampaknya Rian dan Anto tahu bila aku terangsang. Tanpa basa basi lagi mereka melakukan permainan selanjutnya. Perlahan tangan Rian yang mendekap dadaku turun dan menyusup kaosku. Kurasakan tangan Rian menyentuh kulit perutku dan menyusup sampai mendekap dadaku yang tertutup BH dan kemudian meremas-remas. Daguku terangkat tinggi. Nikmat i cerita bercinta dengan pacarku lebih banyak lagi di kumpulanceritaseru.info, Kemudian bibir Rian kurasakan mengecup dan mencuimi leherku. Mataku terpejam dan kugigit lembut bibir bawahku.

“Oouuhh..” dengan pelan desahan itu keluar dari mulutku. Semakin kukeluarkan suara dari mulut maka semakin mereka menjadi. Kurasakan tali BH-ku terlepas dan BH-ku mengendor. Entah siapa yang melakukannya. Kurasakan tangan Rian mendekap dadaku secara langsung. “Aahh,” kurasakan. Dadaku diremas-remas lagi dan kemudian kedua putingku dimainkan oleh Rian. Nikmatnya!

Perlahan BH dan kaosku diangkat. Udara pun menyentuh putingku langsung dan merangsang tubuhku. Celana dalamku dibuka Anto. Kaos dan BH-ku dilepas Rian. Rokku tidak ketinggalan. Pakaian yang menyelimuti tubuhku berserakan entah berada dimana.

Akhirnya tiada sehelai kainpun di tubuh ini. Semakin tubuhku polos semakin buaian udara merangsang tubuhku. Rasanya tubuh ini ingin dinikmati. Perlahan tangan Anto membuat kakiku mengangkang lebar. Rasanya buaian angin merangsang paha dalam dan daerah kemaluanku dan membuatku berharap untuk mendapatkan kenikmatan. Kurasakan bibir Anto menyentuh dan mengecup bibir vaginaku. Daguku terus terangkat tinggi dan dadaku reflek membusung seakan menyodorkan diri. Kurasakan seperti ada setrum yang mengalir dari bibir vagina ke seluruh tubuh.

“Oouuhh..” dengan panjang kuucapkan. Kurasakan tangan Rian meremas dadaku dan memainkan putingku. Ah, dua titik sensitifku terangsang. Dengan reflek dadaku kubusungkan sesampai-sampainya. Tampaknya Rian tidak diam melihatku begini. Segera ia menghisap salah satu putingku lagi. Ah, sekarang ketiga titik sensitifku terangsang. Kurasakan jari-jari Anto perlahan masuk ke liang vaginaku. Lalu keluar lagi dan akhirnya keluar masuk dengan cepat dan serakah. Kurasakan birahiku melayang dan terangsang membuatku pasrah dan menikmati cara mereka yang sedang menikmati tubuhku. Kuarasakan kemaluanku basah. Anusku juga terkena air yang mengalir. Tampaknya Anto mengetahui hal ini. Perlahan salah satu jarinya masuk ke anusku. Semakin lama anusku licin dan jari Anto dapat keluar masuk mudah. Akhirnya jari-jari Anto keluar masuk dikedua liang tubuhku. Nikmat kurasakan dan entah mengapa semakin kusodorkan kedua liangku ke arahnya. Bibir Anto menikmati daerah pinggang dan perutku. Aah, seperti listrik mengalir dalam darahku dan juga daerah daerah tubuhku yang mereka sentuh.

Akhirnya kuterbaring dan kulihat Anto melepaskan celananya. Kulihat miliknya terhunus dan ia tujukan ke liang vaginaku. Kurasakan sentuhan miliknya di bibir vaginaku. Perlahan-lahan masuk. Dagu dan dadaku terangkat tinggi. “Aaahh..” kuucapkan sambil akhirnya milik Anto menancap dalam di liang vaginaku. Kemudian ia keluar-masukkan. Kurasakan gesekan milik Anto keluar masuk. Nikmat rasanya sampai-sampai anusku berdenyut-denyut. Mataku setengah terpejam dan kadang-kadang tubuhku goyang karena tak tahan merasakan nikmat. Sekilas terlihat Rian melepaskan celananya. Kulihat miliknya lalu ia tempelkan ke mulutku. Kurasakan di bibirku dan tampaknya aku menyukainya. Perlahan miliknya dimasukkan ke dalam mulutku. Entah mengapa mulutku terangsang. Lalu kudekap milik Rian dengan tanganku. Kuayun-ayunkan dan kuhisap dengan mulutku. Kurasakan seluk beluknya dan kunikmati dengan lidah dan mulutku. Kujilat, kuhisap, kutelan dan seterusnya.

Beberapa saat kemudian kurubah posisiku jadi mengungging. Dengan begini mulutku dapat menikmati milik Rian yang terhunus. Perlahan kurasakan kenikmatan yang berbeda. Milik Anto perlahan ia cabut dari liang vaginaku dan kemudian ia hunuskan ke anusku yang kurasakan berdenyut-denyut nikmat. Perlahan ia masukkan ke anusku yang sudah terangsang, basah dan longgar karena jemarinya. Akhirnya tertancap dalam dan ia keluar masukkan dengan pelan. Karena sudah licin maka ia keluar-masukkan dengan cepat dan akhirnya menyembur cairan di liang anusku.

“Ouuhh..” kuucapkan sambil menikmati semburan yang Anto keluarkan. Setelah itu Anto mendiamkan miliknya diam tertancap. Sesaat kemudian ia mainkan lagi. Anusku sangat licin karena cairannya. Kadang ia keluarkan dulu dan kemudian dia tancapkan lagi. Tampaknya ia sengaja. Karena setiap tancapan aku mendesah karena merasakan nikmat.

Beberapa saat kemudian kurasakan banyak cairan yang menyembur dari milik Rian. Karena kubenar-benar terangsang maka kurasakan nikmat. Lalu kutelan dan entah mengapa malah membuatku tambah terangsang. Setelah habis kulepaskan hisapanku. Rian terdiam. Anto menarik pundakku. Sehingga ia dapat memelukku dari belakang. Tangannya meraba-raba dadaku.

Kurasakan ia berdiri dan aku tergantung di miliknya yang menancap. Kulihat Rian menghampiriku lagi. Kurasakan miliknya ia tancapkan ke liang vaginaku. Ah, aku diapit. Kurasakan kedua liangku mereka masuki. Dan akhirnya kami sama-sama sampai puncak dan puas.

Suasana rumah yang sepi sangat merangsang kami. Kemudian aku ajak mereka ke kamarku. Di sana tubuhku mereka nikmati lagi dan lagi. Aku pun menikmatinya juga. Karena gairah kami yang tinggi maka kami lakukan berulang-ulang. Sampai disaat kuhisap milik mereka dan tiada cairan yang mereka keluarkan di mulutku dan liangku. Kurasakan tak ada semburan.

Rabu, 14 Agustus 2013

AWAS Liarnya istriku!!!

“Lihat nih, bini aku sexy kan?” kataku bangga. Rendy melotot dan berdecak kagum, “Ck..ck…sexy sekali ya?”
“Yuli (nama istri Rendy) pernah direkam gini?” tanyaku tetap dengan nada bangga.
“Belum,” Rendy menggeleng, “Tapi mau ah…nanti malam aku mau ML sama dia, sekalian direkam diam-diam.”
“Sip! Nanti lihatin ke aku ya,” kataku bersemangat, “sekalian aku juga nanti malam mau ML sama istriku, sambil direkam juga.”
“Terus besok hasilnya tukaran ya, punya kamu lihatin ke aku, punya aku lihatin ke kamu,” usul Rendy yang langsung kusetujui.
Malamnya, aku benar-benar ML dengan Reny, istriku. Dia tidak tahu bahwa aku merekamnya di hpku yang sudah kuatur letaknya sebelum mengajaknya ML.
Besoknya, aku dan sahabatku menepati janji. Kuserahkan hpku untuk ditonton oleh Rendy, sementara aku menikmati hasil rekaman sahabatku itu. Kami sama-sama terangsang oleh tontonan yang sangat pribadi sifatnya itu. Bahkan Rendy sempat terlongong setelah mengembalikan hpku, seperti ada yang dipikirkan olehnya.

“Jan…kalau kita swinger gimana? Jujur, aku belum pernah merasakan swinger,” kata Rendy tiba-tiba.
Aku terkejut. Tak pernah kupikir sebelumnya akan melakukan seperti yang Rendy usulkan itu.
“Kamu jangan tersinggung, Jan,” Rendy menepuk bahuku, “Ini cuma usul…kalau kamu nggak keberatan, aku juga gak maksa. Yang jelas, kamu bisa nyobain Yuli, aku nyobain Reny. Adil kan?”
Aku terbengong-bengong. Terus terang, usul Rendy mengejutkan sekaligus membuatku bergairah. Kubayangkan istriku sedang disetubuhi oleh sahabatku itu, sementara aku menyetubuhi istrinya. Baru diobrolkan saja penisku sudah ngacung, apalagi kalau benar-benar dilaksanakan. Maka setelah berpikir agak lama, kujawab, “Usul edan tapi menggiurkan. Cuman…gimana cara meyakinkan istriku ya? Kalau dia gak mau kan susah. Istrimu sendiri gimana?”
“Soal istriku, serahkan padaku. Kamu urus Reny saja, atur supaya mau,” kata Rendy.
“Reny sangat konservatif, kamu juga tahu itu kan?”
“Reny yang konservatif apa kamu sendiri yang tidak mau swinger?” Rendy menepuk bahuku sambil menertawakanku.
“Aku mau…mau…tapi bagaimana cara meyakinkan Reny ya?”
“Begini aja,” kata Rendy di tengah kebingunganku, “kita jebak mereka ke dalam situasi yang mau tidak mau harus mereka terima.”
“Maksudmu?”
“Aku kan punya villa keluarga di Cipanas. Kita ajak mereka week end di sana.”
“Yayaya…jebakannya di sebelah mananya?”
“Kita bawa Martini atau Tequila…minum rame2, kita pada minum di sana. Setelah mereka rada kleyengan, kita matiin lampu sampai gelap sekali. Saat itu aku akan menelanjangi istriku, kamu juga telanjangi istrimu. Lalu kita bikin foreplay dengan istri kita masing-masing. Nah…lalu diem-diem kita tukar tempat. Kamu terkam istriku, aku terkam istrimu. Deal?”
“Hahahaaa! Deal! Deal!” seruku gembira dengan usul sahabatku, meski sebenarnya ada tandatanya di hatiku : Benarkah mentalku sudah siap untuk membiarkan istriku disetubuhi orang lain? Tapi…bukankah aku juga akan menggauli istri Rendy? Bukankah ini sangat adil bagi kami?
Lalu kami tentukan harinya. Hari yang akan sangat bersejarah itu.Setelah aku berpisah dengan Rendy, aku pulang dengan 1001 khayalan di benakku. Membayangkan istriku yang manis dan bertubuh mulus itu akan digeluti oleh Rendy, sementara aku akan menggeluti Yuli, istri Rendy. Aneh, baru membayangkannya saja aku jadi sangat terangsang. Apalagi pada waktu mengalaminya nanti.Reny sudah 4 tahun jadi istriku. Pada saat kisah ini terjadi Reny sudah berusia 26 tahun, sedangkan aku sendiri sudah hampir 30 tahun. Kami sudah dikaruniai seorang putra yang baru berumur 2 tahun. Ibu mertuaku sangat sayang pada Bernard, nama anakku, jauh melebihi ketelatenan babysitter yang bekerja di rumahku sejak anakku berusia setahun. Karena itu tiada masalah kalau aku dan Reny bepergian, karena di rumahku ada babysitter dan ibu mertuaku.Maka dengan wajah cerah Reny menyetujui ajakanku untuk berakhir pekan di Cipanas. “Rendy punya villa di sana, ya Mas?” tanyanya.”Iya,” aku mengangguk, “villa punya orang tuanya.””Rendy dan Yuli juga ikut nanti?””Ya iyalah. Kalau mereka gak ikut, ya gak enak dong kita pake villa orang tanpa pemiliknya. Kecuali kalau kita sewa villa orang lain.”Singkatnya, pada hari yang telah ditentukan, Rendy dan Yuli menyampar ke rumahku dengan Honda Citynya. Aku pun secepatnya memanaskan mesin Toyota Viosku.Tak lama kemudian, aku sudah menggerakkan mobilku, bersama Reny di sisiku, mengikuti mobil Rendy dan Yuli. Seperti yang sudah diatur semula, aku membekal Tequila, yang katanya bisa membuat wanita jadi horny. Untuk acara rahasiaku dan Rendy setelah berada di villa nanti.Reny tidak tahu bahwa ketika aku menyetir mobil menuju Cipanas, jantungku berdegup-degup terus, karena membayangkan apa yang akan terjadi beberapa jam lagi. Membayangkan sesuatu yang belum pernah kualami dan akan menimbulkan kesan mendalam dalam kehidupan dan hasrat birahiku.Sesampainya di depan villa, jantungku makin berdebar-debar. Tapi aku mencoba menekannya dengan menyapukan pandangan ke sekitar villa, yang memang indah pemandangannya. Diam-diam kuperhatikan Rendy. Ternyata sama denganku, senyumnya tampak canggung. Lalu kami masuk ke dalam villa.Reny dan Yuli bersih-bersih dulu di dalam villa, aku dan Rendy keluar lagi, lalu berjalan-jalan agak menjauh dari villa. Dan ngobrol dengan suara setengah berbisik:
“Kamu nafsu gak liat Yuli?” tanyanya.
“Kamu sendiri gimana? Nafsu gak liat Reny?” aku balik bertanya.
“Ya iyalah, makanya aku yang usul pertama, karena tergiur sekali waktu melihat dia bugil di hpmu itu.”
“Sama,” kataku sambil tersenyum canggung, “aku juga jadi nafsu melihat bentuk istrimu yang seksi…”
Darahku tersirap mendengar pujian itu. Tapi terasa makin membuatku penasaran, ingin segera tau apa yang akan terjadi nanti.
Kami berunding diam-diam, tentang apa yang akan kami lakukan nanti. Setelah matang rencananya, kami kembali ke villa. Di dalam villa, sudut pandangku mencuri-curi pandang terus ke arah Yuli, yang nanti akan kugauli. Kurasa Yuli dan Reny punya keistimewaaan masing-masing. Kulit Reny kuning mirip kulit wanita Jepang, sementara Yuli berkulit baubusuk. Reny tergolong berwajah cantik, sementara Yuli bisa kunilai hitam manis. Tubuh Yuli sedikit lebih tinggi daripada Reny, kutaksir sekitar 170cm gitu, sementara Reny 168cm.
Yang menarik dari hasil curi-curi pandang ini adalah, toket Yuli itu…aku yakin besar sekali…mungkin behanya berukuran 38 ke atas. Sedangkan toket Reny biasa-biasa saja, behanya pun cuma 34.
Menjelang senja, kami makan malam dulu di restoran yang paling dekat dengan villa keluarga Rendy. Pada saat itulah kulihat Reny dan Yuli seakan bersaing dalam berpakaian. Mereka seolah ingin tampil seseksi mungkin. Padahal aku tak menganjurkan apa-apa kepada istriku. Dan kulihat mata Rendy sering memperhatikan istriku. Sialan…sebentar lagi dia akan menikmati kemulusan dan kepadatan tubuh istriku. Tapi pikiran ini justru diam-diam membuat penisku hidup, mengeras dan mengeras terus. Terlebih-lebih setelah membayangkan bahwa untuk pertama kalinya aku akan menikmati kesintalan tubuh Yuli yang hitam manis itu.
Selesai makan, hari mulai malam. Kami pun kembali ke villa.
Seperti yang telah direncanakan, kami minum tequila di sofa ruang depan. Cukup banyak kami membekal minuman itu, karena aku membeli dua botol, ternyata Rendy pun membekal tiga botol. Untungnya Reny dan Yuli tidak menolak waktu ditawari minum, dengan alasan untuk mengusir hawa dingin.
Baru menghabiskan dua sloki, wajah Reny mulai merah. Sikapnya padaku mulai romantis. Yuli pun sama, ia mulai memeluk pinggang Rendy dengan sorot mata berharap.
Lalu kata Rendy, “Kita bikin pesta di dalam kamar yuk…sama-sama main…come on honey,” Rendy meraih lengan istrinya sambil melirik padaku, “ayo Jan…kamarnya cuma satu, kita pake rame2 yok.”
Kuraih juga lengan Reny yang tampak mulai agak teler. Lalu kami ikuti langkah Rendy ke dalam kamar yang agak besar, dengan dua bed berdampingan. Sesampainya di kamar, Rendy langsung menerkam dan menghimpit istrinya. Adegan itu tidak bisa lama-lama kulihat, karena setelah aku dan istriku naik ke atas bed yang masih kosong, Rendy memijat knop sakelar yang letaknya tak jauh dari bantalnya. Kamar itu langsung gelap gulita. Dan terdengar suara Rendy, “Biar kita sama-sama asyik dengan istri kita masing-masing, Jan.”
Aku cuma menjawab dengan ketawa kecil. Tapi dalam gelap aku mulai menanggalkan pakaianku sehelai demi sehelai, sampai telanjang bulat, lalu membisiki telinga istriku, “Ayo dong buka pakaianmu semua.”
Reny tidak buang-buang waktu. Ia tahu persis apa yang kuinginkan dalam saat-saat seperti itu. Dalam kegelapan kamar villa, Reny mulai menelanjangi dirinya. Sementara kudengar desah napas Yuli yang mulai tersengal-sengal, entah apa yang sudah terjadi di bed yang satu lagi itu. Mungkin Rendy sedang menjilati puting payudara atau vagina istrinya, entahlah…yang jelas aku pun mulai menggumuli istriku dalam kegelapan.
Terdengar suara Yuli, “Oooh…Bang Rendy…oooh….iya Bang…begituin….oooh…masukin aja Bang…aku gak tahan lagi nih…ooohhh…”

Terangsang oleh suara istri sahabatku itu, aku pun mulai menjilati puting payudara Reny. Tapi tak lama kemudian terasa tanganku dipegang oleh tangan kasar. Tangan Rendy. Aku mengerti maksudnya, bahwa aku harus segera pindah ke bed yang satunya lagi, sementara Rendy akan pindah ke bedku.
Inilah saat-saat yang paling mendebarkan. Aku bergerak ke arah bed di sebelah, lalu mulai menjamah tubuh Yuli. Mudah-mudahan saja Yuli tidak sadar bahwa sekarang bukan lagi suaminya yang akan menikmati kesintalan tubuhnya. Mudah-mudahan pula Reny tidak menyadari bahwa posisiku sudah diganti oleh Rendy.
Wow, aku mulai menikmati hangatnya pelukan Yuli. Tampaknya dia belum sadar bahwa posisi suaminya sudah diganti olehku.”Masukin aja Bang, sudah gak tahan nih…horny banget,” bisik Yuli yang sudah berada di bawah himpitanku. Bicara begitu, terasa tangan Yuli mulai memegang batang kemaluanku yang memang sudah keras. Apakah mau main langsung-langsungan saja? Kurasa untuk yang pertama kalinya memang harus begitu. Jangan banyak variasi dulu. Nanti kalau Yuli dan Reny sudah menyadari hal ini, barulah pakai foreplay sebanyak mungkin.
Maka tanpa banyak pikir-pikir lagi, kubiarkan Yuli meletakkan ujung penisku di ambang vaginanya. Kemudian kudorong sedikit demi sedikit, persis pada saat kudengar suara Reny, “Mas…cepetan dong masukin…duuuhh…kenapa jadi horny gini? Gara-gara minuman tadi kali ya…naaahhh…..iiih…kok punya Mas terasa jadi agak gede? Diapain?”
Gila…itu berarti penis Rendy sudah dimasukin ke dalam liang kemaluan istriku! Tapi…bukankah penisku juga sudah mulai melesak ke dalam liang senggama Yuli?
Bukan cuma melesak, tapi sudah mulai kuayun dengan mantapnya, karena liang senggama Yuli sudah banyak lendirnya (mungkin “hasil” rangsangan Rendy tadi).
Penisku sudah maju mundur dalam jepitan liang surgawi Yuli yang terasa begini legitnya, mungkin karena dia belum melahirkan anak. Liang vaginanya terasa sangat mencengkram dan hangat. Desah nafasnya pun makin nyata diiringi rintihan-rintihan nikmatnya, “Ooohh Bang…oooh…bang…oooh…kok enak sekali ini bang…..oooh…” sementara kedua lengannya mendekap pinggangku kuat-kuat. Ini membuatku makin bernafsu.
Lalu…seperti yang sudah direncanakan, diam-diam Rendy memijat sakelar lampu dan….tiba-tiba kamar itu jadi terang benderang. Ini sesuai dengan kesepakatan aku dan Rendy. Bahwa dalam keadaan sudah “telanjur” (penisku sudah main di dalam liang vagina Yuli dan penis Rendy sudah maju mundur di dalam liang vagina istriku), baik Yuli mau pun istriku takkan bisa menghindar lagi dari kenyataan yang sudah direncanakan oleh Rendy denganku itu.
Setelah kamar villa terang benderang, tentu saja Yuli dan istriku terkejut setelah menyadari dengan siapa mereka sedang bersetubuh.
“Bang Rendy?!” seru istriku di bed sebelah.
“Mas Janus?!” seru Yuli yang sedang kusetubuhi dengan gencarnya.
Lalu terdengar Rendy tertawa, “Hahahaaa….kita lanjutkan saja…sudah telanjur kan?”
“Jadi semuanya ini sudah direncanakan?” tanya Yuli yang tampak berusaha mengendalikan kekagetannya.
“Iya…ini adil kan?” bisikku sambil meremas buah dadanya yang benar-benar montok itu.
“Aaahhh…” cuma itu yang terlontar dari mulut Yuli, kemudian dia mendekap lagi pinggangku dan mulai menggoyang pinggulnya dengan gerakan yang trampil, seperti membentuk angka 8.
Kulirik Reny seperti bingung. Ia menoleh padaku, seakan bertanya kenapa jadi seperti ini? Lalu kutanggapi dengan senyum…dan celotehku, “Enjoy saja….”
Mungkin Reny geram melihatku sedang bersetubuh dengan Yuli, lalu ia “balas dendam” dengan mencengkram bahu Rendy dan mulai menggoyang pinggulnya. Gila…cemburu juga aku dibuatnya. Seingatku, tak pernah Reny menggoyang pinggulnya seedan itu waktu kusetubuhi. Tapi kecemburuanku ini berbuah nafsu dan gairah yang luar biasa. Enjotan penisku di dalam liang surgawi Yuli terasa nikmat luar biasa! Maka semakin edan pula kuhentak-hentak penisku, seperti meronta-ronta dalam jepitan memiaw Yuli…oh…ini nikmat sekali!
Suasana menjadi semakin erotis dan misterius. Yuli meladeni enjotan penisku dengan energik, pinggulnya meliuk-liuk laksana penari India. Tapi aku tak tahu apa yang bersemayam di benaknya. Ketika aku melirik ke samping, goyang pinggul Reny pun tak kalah edannya. Seolah ingin bersaing dengan dinamisnya goyang pinggul Yuli. Ada perasaan geram dan cemburu di hatiku melihat ulah istriku seperti itu. Tapi bukankah aku sendiri sedang menikmati kehangatan tubuh istri sahabatku?
Di tengah persenggamaan yang seru ini aku sempat berbisik terengah di telinga Yuli, “Gimana? Enak?”
“Enak sekali….aaah….” sahut Yuli dalam bisikan juga, mungkin takut terdengar oleh suaminya.
“Nanti lepasin di dalam apa di luar?” bisikku lagi.
“Terserah, aku kan belum punya anak…siapa tahu bisa punya darimu,” bisik Yuli pelan sekali, pasti takkan terdengar oleh suaminya yang semakin asyik menyetubuhi istriku.
Bisikan Yuli itu membuatku semakin bergairah mengayun batang kemaluanku. Tapi sekaligus membuatku tak bisa bertahan lagi, “Aku sudah mau keluar”, bisikku.
“Tahan dulu,” sahut Yuli, “aku juga sudah mau keluar Mas…barengin keluarnya ya…biar enak…”
Lalu kami seperti dua ekor binatang buas, saling cengkram, saling remas, saling jambak…dan akhirnya tak tertahankan lagi, bersemburanlah air mani dari batang kemaluanku, disambut dengan kedutan-kedutan liang kemaluan Yuli di puncak orgasmenya.
Kami menggelepar…menggeliat…berkejut-kejut…lalu sama-sama terkulai di puncak kepuasan.
Tapi kulihat Rendy masih asyik mengenjot batang kemaluannya di dalam liang kemaluan istriku. Bahkan di satu saat, mereka mengubah posisi. Reny di atas, Rendy di bawah. Oh…ini benar-benar membuatku cemburu. Karena kulihat istriku yang aktif mengayun pinggulnya, sementara Rendy merem melek sambil terlentang…
Kucabut batang kemaluanku dari dalam vagina Yuli yang sudah basah kuyup oleh spermaku dan lendir Yuli sendiri. Lalu aku duduk bersila sambil menonton persetubuhan Rendy dengan istriku. Aku terlongong menyaksikan betapa aktifnya Reny saat itu. Dengan sedikit berjongkok, ia mengayun pinggulnya sedemikian rupa, sehingga liang kemaluannya seolah membesot-besot batang kemaluan Rendy.
Yuli pun menonton persetubuhan antara suaminya dengan istriku itu. Dan tampaknya Yuli seperti kepanasan. Diam-diam ia menggenggam batang kemaluanku yang sudah mulai membesar, karena terangsang menyaksikan istriku sedang gila-gilanya bersetubuh dengan sahabatku. Tiba-tiba Yuli mendekatkan wajahnya ke pahaku yang sedang bersila ini, ah…tangannya memegang batang kemaluanku sambil menjilatinya. Sungguh semuanya ini mendebarkan dadaku…terlebih setelah Yuli menghisap-hisap penisku, di depan mata suaminya yang sedang menyetubuhi istriku!
Hanya dalam tmpo singkat penisku sudah mengeras kembali. Dengan sigap Yuli mendorong dadaku agar terlentang, lalu dengan berjongkok ia berusaha memasukkan penisku ke dalam liang surgawinya. Mungkin ia iri melihat suaminya sedang dipuasi oleh istriku dalam posisi terbalik begitu, lalu ia ingin melakukan hal yang sama. Blesss….penisku mulai membenam ke dalam liang memiaw Yuli…
Yuli mulai memainkan pinggulnya dengan energik sekali, naik turun dan bergoyang meliuk-liuk…ooh…penisku terasa dibesot-besot dan diremas-remas. Bukan main nikmatnya, membuat nafasku tertahan-tahan sambil mulai meremas-remas payudara montok yang bergelantungan di atas dadaku…dan di bed yang satu lagi, kulihat istriku lebih energik lagi, mengenjot pinggulnya sambil berciuman dengan Rendy. Ih…aku cemburu…tapi kecemburuanku ini jstru membangkitkan rangsangan dahsyat di jiwaku.
Sulit menggambarkan keadaan yang sebenarnya saat itu, karena aku juga sudah dipengaruhi alkohol, dari tequila yang kami minum tadi. Yang jelas, sepulangnya dari villa itu, Reny terus-terusan menyandarkan kepalanya di bahuku. Kujalankan mobilku dengan kecepatan sedang-sedang saja, karena ingin sambil berbincang dengan istriku.
“Bagaimana kesanmu, Lin?” tanyaku di satu saat.
“Gak tau ah…” Reny menggeleng, tapi kulihat ada senyum di bibirnya.
“Suka kan? Bilang aja terus terang. Semuanya ini kan demi kenikmatan kita bersama.”
“Mas sendiri, suka kan bisa menggauli Yuli?”
“Hmm…terus terang, aku lebih suka melihatmu sedang digauli oleh Rendy. Ada perasaan cemburu, tapi cemburu itulah yang membuatku jadi sangat terangsang.”
Reny terdiam. Lalu kataku, “Makanya satu saat nanti bisa aja kita undang Rendy tanpa istrinya.Atau bisa juga orang lain…biar aku bisa melihatmu digauli lelaki lain yang akan menimbulkan rangsangan hebat bagiku.”
Reny menatapku dengan ekspresi aneh. Lalu tanyanya, “Emang Mas gak tersiksa kalau aku digauli orang? Buatku, semuanya ini aneh…”
“Memang aneh,” sahutku sambil tersenyum, “tapi kamu suka kan?”
Dia tak menjawab. Matanya lurus memandang ke depan.
“Bilang aja terus terang, kamu suka kan? Seharusnya semua itu jadi pengalaman fantastis buat kita. Bener kan?”
“Iya sih…tapi aku takut akibatnya di kemudian hari…”
“Misalnya?”
“Ya…misalnya Rendy…sudah telanjur merasakan tubuhku. Bagaimana kalau nanti ketagihan?”
“Kasih aja. Asal di depan mataku, jangan sembunyi-sembunyi.”
Reny menatapku dengan sorot aneh, “Mas gak sakit hati melihatku digauli sama Rendy?”
“Gak,” aku menggeleng, “kan semuanya yang sudah terjadi tadi sudah kurundingkan dengan Rendy beberapa hari yang lalu.”
“Jadi semuanya itu benar-benar sudah direncanakan sama Bang Rendy?”
“Ya. Memang tadinya usul itu datang dari dia. Dan aku sangat tertarik pada usulnya itu. Bukan karena tertarik pada Yuli, tapi justru ingin menyaksikan kamu di gauli orang lain. Kebetulan aku tahu persis siapa Rendy. Dia bersih, tak pernah jajan dan sebagainya.”
“Terus…nantinya kita akan begitu lagi, maksudku…ngajak Rendy dan Yuli lagi?”
“Semuanya kuserahkan padamu. Karena dalam hal ini kamulah yang harus memutuskan. Dan gak usah di villa itu saja. Bisa juga kita pilih hotel di dalam kota. Dan gak usah di hari libur saja. Kapan saja kita mau, ya kita lakukan.”
“Ntar kalau aku ketagihan gimana?” tanya Reny malu-malu.
Rupanya kejadian di villa itu membuatnya terkesan dan ada kemungkinan ketagihan. Ini mendebarkan. Seandainya dia benar-benar ketagihan, apakah mentalku sudah siap? Ah, sudah kepalangan basah, aku mau jalan terus…karena aku merasakan beberapa hal positif di balik langkah “baru” ini!
Di hari-hari berikutnya, aneh…tiap kali aku membayangkan kejadian di villa itu, membayangkan istriku sedang disetubuhi oleh Rendy, nafsuku mendadak bangkit. Lalu kuajak istriku bersetubuh. Anehnya lagi, tiap kali aku bersetubuh dengan istriku, aku jadi powerfull dan energik sekali.
Pernah istriku berkata seusai bersetubuh denganku, “Sekarang Mas jadi garang banget…kenapa Mas? Pake obat ya?”
“Obatku datang dari jiwaku sendiri. Tiap kali membayangkan kamu lagi disetubuhi oleh Rendy, hasratku bangkit dengan hebatnya.”
“Masa sih? Apa bukan karena terbayang sintal dan seksinya tubuh Yuli?”
“Nggak,” aku menggeleng, “sungguh. Untuk membuktikannya, nanti kita ajak Rendy saja, tanpa kehadiran Yuli. Biar kamu percaya, titik syurnya justru waktu menyaksikan kamu digauli Rendy.”
“Nggak ah. Nggak enak sama Yuli dong. Rasanya kita seperti menghianati dia. Kan kita sudah sepakat untuk jalan berempat terus.”
“Aku gak butuh Yuli, aku butuh Rendy.”
Reny menatapku dengan sorot penuh selidik. Lalu tertunduk, seperti sedang berpikir. Lalu kataku, “Kalau ada orang selain Rendy, kamu mau?”
Reny menatapku lagi. “Takut ah…kalau orangnya punya penyakit kotor bisa menular nanti.”
“Orangnya kamu pilih sendiri deh,” kataku sambil memperhatikan reaksi istriku.
“Bener nih boleh milih sendiri?” tanyanya canggung.
“Bener.”
“Gak usah jauh-jauh Mas…kalau Roy gimana?”
Aku terkejut. Dia memilih adik kandungku!
Tapi apa salahnya?
“Hmm…pengen nyobain brondong ya?” kataku sambil mencolek pipi istriku.
“Bukan gitu, masalahnya biar rahasia kita gak nyebar ke luar Mas.”
Aku setuju. Roy adalah satu-satunya adik kandungku. Dia masih tergolong abg. Dia tinggal di kota lain dan kuliah di kota itu, baru semester pertama. Usianya memang jauh beda denganku. Saat istriku mengajukan namanya, usia Roy baru 18 tahun.
“Oke!” aku mengangguk sambil memijat no hp Roy.
Reny cuma bengong. Mungkin tak menyangka akan secepat itu.
“Hallo, Mas?” terdengar suara Roy di hpku.
“Gimana sehat Roy?”
“Sehat Mas. Besok libur 3 hari, nanti sore mau ke rumah Mas ya. Kangen sama Bernard. Sudah bisa jalan dia?”
“Sudah dong. Ya udah, nanti sore kutunggu ya.”
“Siap Boss!”
Aku tersenyum mendengar ucapan “siap boss” itu. Memang sejak aku yang membiayai kuliahnya, ia sering memanggilku boss.
“Nanti sore dia datang,” kataku sambil menepuk bahu istriku.
“Secepat itu?” istriku tercengang.
“Kebetulan aja, dia mulai besok libur 3 hari. Jadi mulai nanti malam mau nginep di sini.”
“Terus…aku harus gimana? Masa aku langsungajak Roy begituan?”
“Mmm…gimana ya? Mungkin juga Roy gak mau kalau ada aku….tapi gampang deh…kupasangin kamera cctv aja di kamar, terus aku monitor sambil ngumpet.”
“Terus?”
“Kamu rayu aja dia sampai mau. Bilangin aku gak ada, padahal aku ada di gudang sambil monitor di sana. Hmmm…kebayang nafsunya aku nanti waktu lihat kamu disetubuhi sama si Roy…!”
“Ah…Mas ada aja akalnya….”
Dan itulah yang kulakukan. Dengan sigap kupasang kamera cctv, dengan posisi menghadap ke tempat tidur. Monitornya kusimpan di gudang. Kuambil kursi untuk aku duduk di depan monitor.
Tidak sampai sejam, semuanya beres. Kameranya kusembunyikan di dalam lemari, lalu ada lubang kecil yang langsung mengarah ke tempat tidur. Soundnya kupasang terpisah, mikrofon kusimpan di balik lukisan, untuk memantaunya aku pakai headphone di gudang.
Ketika bunyi motor Roy terdengar memasuki pekarangan, aku sudah duduk di dalam gudang, menghadapi monitor. Lalu terdengar suara istriku menyambutnya. Pada saat yang sama, hpku yang disilent berkedip-kedip. Ada sms masuk. Aku agak kaget, karena sms itu datang dari Yuli, bunyinya: Mas Janus…aku kok jadi kangen gini sih? Kapan kita ketemuan tanpa mereka? Aku pengin nyantai Mas. Kebetulan Bang Rendy besok mau ke Medan. Mas datang ya ke rumahku besok malam. Jangan takut sama Bang Rendy. Aku sudah dapat izin kapan saja ketemu sama Mas Janus boleh. Izinnya cuma dengan Mas Janus, dengan orang lain tidak boleh.
Aku tersenyum sendiri membaca sms itu, lalu kubalas dengan sedikit gombal : Aku juga kangen sama Yuli…tapi besok aku harus lihat-lihat dulu apakah besok ada kegiatan atau tidak. Aku siap kok….waktu di villa terasa sekali Yuli itu…hmmm…pokoknya nikmat sekali…!
Yuli membalas lagi: Ah yang bener? Kirain aku saja yang merasakan seperti itu. Tapi janji ya, selama Bang Rendy di Medan, Mas harus datang ke rumahku.
Kujawab lagi: Iya sayang, aku pasti datang!
Waktu smsan itu mataku tetap tertuju ke monitor. Kamarku masih kosong. Mungkin Roy masih ngobrol dengan istriku di ruang depan.
Tak lama kemudian kulihat di monitor sudah ada “kehidupan”. Roy masuk ke dalam kamarku bersama istriku. Cepat kupasangkan headphone di telingaku. Dan terdengar suara mereka:
“Kamar mandi yang di belakang gak ada shower air panasnya, Roy. Makanya enak di kamar mandi yang ini.”
“Iya Mbak. Ohya, Mas Janus kapan pulangnya?”
“Gak tau. Tapi kayaknya sih tengah malam nanti, atau mungkin juga besok pagi langsung ke kantor, pulang ke sini besok sore.”
“Oh gitu…aku mau mandi dulu ya Mbak.”
“Iya. Perlu ditemenin nggak?”
Roy tampak kaget, menatap istriku yang mendadak bersikap centil. “Ah, Mbak Reny…ada-ada saja.”
“Lho…aku nggak main-main kok…”
“Bisa dibunuh aku nanti sama Mas Janus.”
“Nggak lah….nyante aja lagi…”
Roy tampak bingung sesaat, lalu masuk ke dalam kamar mandi yang bersatu dengan kamarku.
Pada saat yang sama, datang lagi sms dari Yuli: Bang Rendy sudah berangkat Mas. Ke rumahku dong sekarang…lagi horny…pengen sama Mas Janus…abisnya terkesan sih sama Mas…
Aku tercenung. Kok jadi bentrok gini waktunya ya? Apakah aku harus pergi diam-diam ke rumah Rendy? Lalu harus meninggalkan detik-detik yang mendebarkan dan siap kurekam itu?
Yuli memang sexy. Tapi saat ini aku lebih tertarik untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh Reny dan adikku. Maka kubalas sms Yuli: Paling bisa nanti tengah malam atau besok pagi…lagi ada kerjaan yang belum bisa ditinggalin…gimana?
Yuli membalas smsku: Iya deh, kutunggu ya Mas…kalau pintu sdh pada dikunci, call aja dulu, biar kubukain…maunya sih nanti tengah malam juga gakpapa…kalau pagi kan kurang romantis…he e e
Aku tersenyum sendiri. Bakalan sibuk nih aku nanti.
Sejenak kulupakan dulu Yuli yang setengah memaksaku datang ke rumahnya, karena kulihat di monitor Roy sudah keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di tubuhnya, sementara Reny sedang duduk di depan meja rias.
Lalu:
“Roy…tolong lepasin ritsleting ini dong,” pinta Reny sambil menunjuk ke bagian punggung gaunnya.
“Mmm…aku mau pake baju dulu Mbak…”
“Gak usahlah, pake bajunya nanti saja. Masa minta tolong sedikit saja pake ntar dulu?!”
“Iya, iya Mbak,” sahut Roy sambil menghampiri istriku. Aku yakin ini trik yang sedang dilancarkan oleh istriku, untuk langsung menjebak Roy.
Memang benar dugaanku…waktu Roy menarik ritsliting bagian punggung gaun istriku, kulihat istriku memegang tangan Roy sambil menatapnya: “Roy…”
“Ya Mbak…?” Roy tampak gugup ditatap seperti itu oleh istriku.
“Kamu pernah begituan sama cewek?”
“Ma…maksud Mbak?”
“Masa gak ngerti sih…” kulihat tangan istriku menyergap ke dalam handuk Roy, “Ininya pernah dimainkan sama cewek gak? Hihihihi…panjang gede penismu Roy…Mas Janus kalah sama kamu…sudah keras lagi…”
“Mbak…ohhh…mbak….” Roy tampak gelagapan.
Reny bangkit dari kursi di depan meja rias. Lalu melangkah ke pintu, menutup dan sekaligus menguncinya. Lalu balik lagi menghampiri Roy yang berdiri kebingungan, masih dengan handuk melilit di badannya.
Reny melingkarkan lengannya di leher Roy. Dan terdengar suaranya, “Sudah pernah bersetubuh dengan cewek belum?”
“Pernah…” sahut Roy hampir tak terdengar.
Reny tersenyum, “Bagus…berarti kamu sudah pengalaman…aku lagi horny Roy…kamu mau kan? Mumpung Mas Janus gak ada…”
Reny mengakhiri ajakannya dengan menarik handuk yang melilit di pinggang Roy. Ini membuat Roy langsung telanjang bulat. Dan kulihat batang kemaluannya sudah ngaceng dengan mantapnya. Aku iri juga melihat batang kemaluan Roy, yang ternyata lebih panjang dan lebih besar daripada punyaku. Baru sekali ini aku melihat bentuk batang kemaluan adikku setelah usianya hampir dewasa begitu.
“Mbak…” Roy tampak kebingungan, karena Reny sudah memegang zakarnya sambil mendorong dadanya sehingga terlentang di atas tempat tidurku.
Ini mulai menegangkan bagiku. Kesannya tidak seperti waktu swinger di villa tempo hari. Mungkin karena kali ini aku konsen ke satu arah, ke adegan istriku yang sedang merangsang adik kandungku!
“Iiih…punyamu kok panjang dan gede gini, Roy…sudah keras sekali lagi…Mas Janus kalah nih sama punya kamu…” Reny mulai menciumi penis adikku, membuatku semakin degdegan. Terlebih ketika ia mulai melepas beha dan celana dalamnya, yang membuat Roy melotot. Aku juga melotot tegang. Penisku sudah ereksi sejak tadi, serasa mau ngecrot saja. Tapi kucoba menenangkan diri dengan menyalakan rokok dan mengikuti adegan selanjutnya.
Setelah telanjang bulat, istriku menelentang di sisi Roy sambil bergumam, suaranya tidak begitu jelas. Roy mengangguk, lalu bergerak menindih dada istriku.
Kusangka Roy mau langsung memasukkan penisnya ke vagina istriku. Ternyata tidak. Dia mulai mengemut-emut puting payudara istriku. Tangan istriku mulai menggapai-gapai di punggung Roy…lalu kepala Roy menurun ke arah perut istriku…turun terus sampai berada di antara kedua pangkal paha istriku. Jantungku semakin dagdigdug, kutenangkan lagi dengan sebatang rokok. Oooh, kulihat istriku mulai menggeliat dan melenguh-lenguh…Roy semakin agresif menjilati kemaluan istriku….sampai akhirnya kudengar istriku merengek, “Sudah cukup Roy…sekarang… masukin aja Roy…masukin aja sayang…..aku ingin merasakan punyamu yang tinggi besar itu….”
Tapi Roy seperti keasyikan, terus2an menjilati kemaluan istriku. Sampai istriku merintih lagi, “Roy…aaaah…aku mau orga nih…Troooyyy…..aaaahhhh….”
Lalu kulihat istriku mengegelepar…mengelojot dan merintih lirih…”Troooy….ooohhh…aku keluar, sayaaang….”
Roy terdiam sesaat, lalu mulai naik ke atas dada istriku, sambil mengarahkan penisnya ke mulut memiaw istriku. Jelas sekali, penis Roy mulai membenam ke dalam liang kemaluan istriku yang sudah berlepotan air liur Roy, mungkin juga bercampur lendir vagina istriku sendiri.
“Oooh…Roy….sudah masuk, sayang…” istriku mendekap punggung Roy.
Gila, aku tak tahan melihat semuanya itu. Dan pada waktu kulihat Roy mulai mengayun batang kemaluannya, kuperiksa komputer yang sedang merekam adegan dari cctv, semuanya berjalan dengan baik. Lalu diam-diam aku keluar…
Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam taksi (sengaja aku tidak memakai mobilku sendiri, keluar dari rumah pun diam-diam, supaya Roy tidak menyadari kehadiranku).
Setengah jam kemudian aku sudah berada di depan rumah Rendy.
Yuli menyambutku dengan hangat, “Parkir di mana mobilnya, Mas?”
“Pake taksi,” sahutku, “mobil sedang dipakai adikku.”
Semua ini di luar skenario yang sudah kutata dengan istriku. Masalahnya aku tidak mau ganggu adikku, sementara ajakan Yuli membuatku tertarik. Biarlah rangsangan yang kutonton dari dalam gudang tadi mau kusalurkan ke Yuli. Mudah-mudahan saja istriku tidak marah karena aku pergi secara diam-diam begini. Aku juga ingin menikmati tubuh Yuli tanpa kehadiran Rendy. Dan tampaknya Yuli pun sama seperti keinginanku, ingin bercinta tanpa kehadiran suaminya.
Aku sudah terangsang oleh adegan Roy dengan adikku tadi. Maka ketika Yuli menguncikan pintu depan, aku memeluknya dari belakang, “Mana pembantumu?”
“Pulang,” sahutnya, “dia kan cuma kerja sampai jam empat sore.”
“Jadi sekarang Yuli cuma sendirian?”
“Iya Mas…makanya aku ngajak Mas…biar ada yang nemenin…” Yuli yang sedang mengenakan kimono putih bermotif bunga Sakura, membalikkan tubuhnya dan mencium bibirku dengan hangat.
Tentu aku tak mau berdiam pasif…ketika dia meraihku ke sofa, tanganku mulai menyeRenyp ke belahan kimononya, langsung menyentuh payudara montoknya yang sejak tadi kuyakini tidak mengenakan beha, karena kedua putingnya tampak menonjol meski masih tertutup kimono. Terasa menghangat tubuh Yuli setelah aku berhasil memegang payudaranya…meremasnya dengan lembut…
Tak cuma itu…tanganku yg satu lagi mulai menyeRenyp ke balik celana dalam Yuli, mulai menyentuh jembutnya yang lebat…mulai menyeRenyp ke celah surgawinya yang mulai membasah dan hangat. Napas Yuli mulai tertahan-tahan.
Apa yang sedang terjadi di antara istriku dengan Roy, terlintas-lintas terus dalam terawanganku. Pasti mereka sedang gila-gilanya memadu kenikmatan. Membuat darahku tersirap-sirap….lalu membuatku mulai ganas menggeluti tubuh Yuli sebagai kompensasi…sampai akhirnya Yuli mengajakku pindah ke kamarnya. Aku setuju.
Di dalam kamarnya, Yuli menanggalkan kimononya dengan senyum mengundang. Sehingga tinggal celana dalam yang melekat di tubuh tinggi montoknya itu. Dalam keadaan seerotis itu, dia meraih kedua pergelangan tanganku, dengan senyum manis di bibirnya. Aku Tak mau buang-buang waktu lagi. Kutanggalkan celana jeans dan shirtku, lalu merapat ke tubuh Yuli dalam keadaan sama-sama tinggal bercelana dalam saja…
Hawa hangat tersiar dari tubuh Yuli ketika aku mulai menggumulinya. Sempat juga kudengar bisikannya, “Makasih Mas…Mas datang tepat pada saat aku butuh Mas…”
Aku tidak menanggapinya dengan kata-kata melainkan dengan tindakan. Aku bukan orang hipokrit. Aku juga sangat membutuhkan variasi dalam kehidupan seksualku, supaya perjalanan hidupku tidak terasa hambar….
Ketika tanganku mulai menyeRenyp lagi ke balik CD Yuli, aku pun membiarkan tangan Yuli menyeRenyp ke balik Cdku. Dan ketika tanganku mulai mengelus kemaluan Yuli, aku pun rasakan Yuli mulai menggenggam dan meremas batang kemaluanku dengan hangat dan lembut.
“Sudah keras banget Mas,” bisiknya.
“Iya…sejak smsan tadi, punyaku ngaceng terus…” sahutku bercampur dusta. Karena sebenarnya aku sedang membayangkan istriku sedang enak2nya disetubuhi oleh Roy, adikku yang masih sangat muda itu…
Lalu tanpa basa basi lagi kutempelkan moncong tongkolku di mulut memiaw Yuli yang sudah membasah itu…secara reflex Yuli merenggangkan kedua kakinya…dan kudorong batang kemaluanku sampai masuk sedikit…terdengar desisan mulut Yuli sambil melotot…kukocok2 sedikit zakarku, sampai akhirnya membenam sekujurnya di dalam liang surgawi Yuli….
Pagi itu aku tidak masuk kerja, karena kantorku sedang direnovasi, jadi aku bisa istirahat seminggu. Reny sedang mengantarkan anakku yang sudah dimasukkan ke playgroup. Tanganku tertusuk ujung obeng waktu ngotak ngatik sound system di mobilku tadi, lalu kucari-cari betadine di sana sini, tidak ketemu. Di mana ya? Perasaan Masih ada betadine di kamarku ini. Lalu kucari di meja rias istriku. Kutarik juga lacinya, karena biasanya Reny menaruh benda-benda kecil di situ. Tapi pandanganku malah tertumbuk ke sebuah buku tebal. Buku apa ini?
Ternyata buku itu penuh dengan tulisan istriku. Semacam buku harian. Iseng-iseng kubaca. Isinya mendebarkan. Rupanya setiap kejadian penting dicatatnya di buku ini. Dan yang paling mendebarkan adalah rangkaian kalimat berikut ini:
—————————————————————————————— ———————–
AKU mencintai Mas Janus dengan sepenuh hati. Tapi mengapa semuanya ini harus terjadi? Bisakah aku disalahkan, sedangkan semua yang telah kualami adalah “hasil karya” suamiku sendiri?
Aku harus jujur mengakuinya bahwa aku telah menikmati semuanya, meski dengan perasaan bersalah. Tadinya kuanggap semuanya itu gila. Tapi ternyata ada greget yang luar biasa, yang menimbulkan nikmat dan sensasi luar biasa.
Aku masih ingat benar waktu terjadinya petualangan di villa Rendy itu, aku kaget sekali setelah menyadari bahwa yang sedang menyetubuhiku adalah Rendy, bukan suamiku. Aku juga kaget ketika melihat suamiku sedang menyetubuhi Yuli. Oh my God! Apa yang sedang terjadi ini? Tapi lalu kusadari bahwa semuanya itu direncanakan oleh mereka, oleh Rendy dan suamiku. Sedangkan batang kemaluan Rendy sudah telanjur berada di dalam liang kemaluanku, aku sudah telanjur merasakan nikmatnya ent*tan Rendy yang memang lebih panjang dan lebih besar daripada punya suamiku. Akhirnya aku memejamkan mata dan mulai menikmatinya dengan perasaan melayang-layang.
Tetapi kreativitas sex Mas Janus tak berhenti sebatas itu saja. Pada suatu hari dia mengungkapkan rencana baru, yaitu niatnya untuk menjebak orang lain untuk menggauliku dan ia sendiri akan mengintipnya. Menurutnya hal itu akan membangkitkan nafsunya yang luar biasa. Lalu kuusulkan orang lain itu Roy, adik Mas Janus sendiri. Ternyata usulku disetujui, meski dengan sedikit sindiran bahwa aku seneng brondong.
Rencana itu jelas mendebarkan. Meski buat orang lain mungkin merupakan hal yang aneh dan tak masuk di akal. Tapi aku sendiri merasakan hal yang sama, ketika melihat suamiku sedang menyetubuhi Yuli, perasaanku dibakar cemburu, tapi lalu kulampiaskan kecemburuanku dengan meladeni Rendy seedan mungkin. Dan rasanya luar biasa. Belum pernah kurasakan hubungan sex senikmat itu.
Lalu terjadilah sesuatu yang merupakan wujud dari rencana suamiku sendiri. Bahwa Roy masuk ke dalam perangkapku.
Apakah Roy lebih dominan memberikan kepuasan padaku? Tentu saja. Dia Masih bujangan. Zakarnya terasa keras sekali waktu membenam ke dalam liang kemaluanku. Dan gesekan-gesekannya terasa begitu mantap…lebih mantap daripada suamiku.
Tapi apakah dengan peristiwa-peristiwa edan itu cintaku pada Mas Janus mulai pudar? Tidak! Aku malah semakin mencintainya, karena dia telah menciptakan sesuatu yang membuat kepuasan luar biasa padaku.
Malam itu Roy sampai tiga kali ejakulasi, karena baru sebentar istirahat dari ejakulasi pertama, zakarnya kembali menegang. Dan persetubuhan yang ketiga kalinya adalah hasil rangsanganku, membuat dia bersemangat menyetubuhiku untuk ketiga kalinya.
Aku tahu bahwa semua yang kulakukan dengan Roy disorot oleh kamera cctv dan dimonitor oleh suamiku. Dan semuanya itu memang kehendak suamiku sendiri. Tapi setelah Roy keluar dari kamarku, setelah aku selesai membersihkan vegyku di kamar mandi, Mas Janus tak muncul juga. Lebih dari sejam aku menunggu, dia tak muncul-muncul. Apakah dia ketiduran di kamar monitoring itu?
Aku jadi serba salah. Mau mengetuk pintu gudang, takut dia lagi asyik melakukan sesuatu. Yah, akhirnya aku rebahan dengan tubuh lemas, karena tenagaku seperti dikuras waktu meladeni Roy tadi.
Menjelang subuh, ketika aku sudah tidur nyenyak, terdengar pintu kamar dibuka, suamiku masuk.
Karena masih terkuasai alam tidur, aku bertanya lemah, “Kok baru masuk? Tadi ngapain aja?”
Suamiku mencium pipiku sambil berbisik, “Jangan marah ya…tadi aku ke rumah Rendy.”
“Terus?” tanyaku sambil menggesek mataku.
“Janji dulu, kamu gak marah ya.”
“Iya janji. Ngapain ke rumah Rendy?”
“Mmm…Yuli ngajak…karena Rendy lagi ke Medan…”
“Pantesan…” cetusku sambil mencubit lengan suamiku, “Asyik dong…”
Suamiku cuma nyengir, lalu katanya, “Kamu juga kan asyik sama si Roy tadi…”
“Jadi Mas gak nonton aku sama Roy tadi?”
“Nonton sebentar, terus pergi diam-diam. Tapi semuanya kan direkam. Nanti bisa kutonton rekamannya.”
“Ih…nanti kalau Rendy juga ngajak aku diam-diam gimana?”
“Mau balas dendam? Hahaha…gakpapa. Yang penting laporan sama aku. Kan aku juga laporan bahwa tadi aku sama Yuli.”
“Ih…kita kok jadi begini Mas?”
“Kamu nyesel? Jangan nyesel dong, tenang aja lagi.”
Subuh itu suamiku tidak melakukan apa-apa padaku. Mungkin dia sudah kecapean menyetubuhi Yuli. Tapi aku sendiri juga masih lemas karena habis melayani adik iparku yang masih sangat tangguh itu.
SETELAH suamiku berangkat kerja, seperti biasa aku mandi di bawah semburan shower air hangat. Rasanya ingin membersihkan tubuh sebersih mungkin. Entah kenapa. Selesai mandi aku berias dulu di depan cermin rias, kemudiankeluar dari kamarku dengan hanya mengenakan kimono.
Kulihat pintu kamar tamu masih tertutup. Kamar itu dipakai oleh Roy. Sudah sesiang ini dia belum bangun? Kucoba memutar handle pintu kamar itu, ternyata tidak dikunci. Diam-diam aku masuk ke dalam. Sambil menutupkan kembali pintu dari dalam, kulihat Roy masih nyenyak tidur tanpa selimut. Dia hanya mengenakan celana dalam dan kaus t-shirt sambil memeluk bantal guling. Selimut tergeletak di sampingnya. Apakah dia tidak kedinginan?
Dengan hati-hati aku merayap ke sisinya. Aneh, hasrat birahiku berkobar lagi. Padahal tadi malam aku sudah dipuasi oleh adik iparku ini. Lalu kalau pagi ini terjadi lagi seperti yang tadi malam, apakah Mas Janus takkan marah? Ah, bukankah suamiku mengizinkanku untuk melakukannya, asalkan nanti laporan padanya?!
Entahlah kenapa aku jadi begini bergairah, begini binalnya untuk mendapatkan kepuasan seksual di pagi ini. Tapi Roy masih tidur pulas, sampai tidak menyadari bahwa tanganku sudah menyeRenyp ke dalam CDnya, sudah menggenggam batang kemaluannya yang masih sangat lemas. Dan kuremas-remas dengan lembut sesuatu yang tadi malam sangat memuaskanku itu. Aku mulai gemas, kusembulkan zakar Roy dari celah CDnya, lalu tanpa ragu lagi kudekatkan wajahku ke zakar yang masih terkulai lesu itu. Gap…mulai kukulum dan kumainkan ujung lidahku untuk mengelus puncak batang kemaluan Roy.
Dengan penuh semangat kuselomoti batang kemaluan Roy yang perlahan-lahan mulai membesar dan memanjang….terdengar suara nafas Roy, pertanda mulai bangun…batang kemaluannya pun mulai bangun, mengeras dengan gagahnya!
Lalu terdengar suara Roy mendesah, “Oo…oooh…mbak…oooh…ini enak sekali….oooh….”
Tanpa pikir panjang lagi kulepaskan kimonoku, langsung telanjang bulat karena tak mengenakan pakaian dalam…hmm..semuanya sudah dipersiapkan! Lalu kutarik CD Roy, sehingga zakarnya yang sudah berdiri dengan gagah itu tak tertutup apa-apa lagi. Kemudian kudorong dadanya supaya terlentang. Lalu aku merangkak ke atas tubuhnya sambil mengarahkan batang kemaluannya supaya ngepas menekan liang kemaluanku yang sudah membasah dengan lendir libido ini.
Lalu kuturunkan pinggulku, sehingga perlahan tapi pasti zakar Roy membenam ke dalam liang veggyku. Oh, gila, rasanya aku horny banget pagi ini.
Aku menelungkup setelah menanggalkan t-shirt Roy. Lalu mulai aktif, menaik turunkan
pinggulku dengan goyangan yang sudah terlatih. Dengan sendirinya batang kemaluan Roy dibesot-besot oleh dinding liang kenikmatanku.
Roy terengah-engah sambil memeluk pinggangku erat-erat. Membuatku makin bersemangat untuk menggenjot pinggulku, oh, rasanya enak sekali pergeseran antara dinding liang kenikmatanku dengan batang penis Roy yang gagah perkasa itu.
SAMPAI Roy meninggalkan rumahku, rahasia itu tetap kujaga. Roy tidak kuberitahu bahwa semuanya itu “hasil karya” abangnya sendiri. Aku tetap ingin menjaga image suamiku dan aku sendiri, agar jangan dicap pasangan psikopat. Memang semuanya seolah hanya bisa dilakukan oleh sepasang suami-istri yang psikopat. Tapi aku sudah mulai menikmatinya, sudah mulai memahami jalan pikiran suamiku, bahwa semuanya ini mendatangkan kenikmatan yang luar biasa, sekaligus menghilangkan kejenuhan.
Hari demi hari berlalu. Apa yang kucemaskan tidak terjadi. Aku dan Mas Janus enjoy-enjoy saja menempuh rumah tangga, tanpa badai yang berarti. Bahkan anehnya sikap Mas Janus makin ramah dan lembut padaku. Jadi tiada alasan bagiku untuk mempertentangkan pendiriannya. Bahkan dengan jujur harus kuakui bahwa aku enjoy dengan semuanya ini. Dan setuju dengan kata-katanya, “Daripada selingkuh di belakang, mending selingkuh terang-terangan begini. Yang penting semuanya harus under control. Jangan jadi liar.”
Memang semua yang telah terjadi dengan Roy kulaporkan kepada suamiku, sebagai tanda masih under control. Dan suamiku malah tersenyum, tiada ekspresi kemarahan sedikit pun. Bahkan semakin hangat dia memperlakukanku sebagai istri syah dan ibu dari anaknya.
Lalu semuanya berjalan seperti biasa. Tanpa gejolak yang berarti dalam rumah tanggaku. Sampai pada suatu malam…ketika aku pulang arisan ibu-ibu di lingkunganku, kulihat Mas Janus tersenyum-senyum sambil memelukku. Dan berbisik ke telingaku, “Aku lagi bergairah sekali sekarang ini sayang.”
Biasanya kalau mau bersetubuh dengan Mas Janus, aku suka ke kamar mandi dulu untuk membersihkan kemaluanku. Tapi malam itu Mas Janus tak memberiku kesempatan. Langsung menelanjangiku di dalam kamar dan menerkamku di atas tempat tidur.
Aneh memang, ketika batang kemaluan Mas Janus membenam ke dalam liang ku, aku merasakan gairahnya begitu hebat. Terlebih setelah batang kemaluannya mulai mengenjot liang veggyku, oh, kenapa Mas Janus jadi ganas begini? Apakah dia habis makan obat perangsang atau bagaimana?
Aku pun mulai menikmatinya dengan sepenuh gairah kewanitaanku. Kugoyang pantatku dengan gerakan meliuk-liuk, membuat nafas Mas Janus semakin mendengus-dengus. Aku pun terpejam-pejam dalam arus kenikmatan.
Tetapi…ada yang aneh…ya…ini aneh. Bahwa ketika Mas Janus sedang mengenjotku sambil menelungkup di atas tubuhku, terasa ada yang mengelus-elus betis dan pahaku.
Aku mencoba memperhatikannya dengan seksama. Apa yang sedang terjadi ini?
Dan alangkah kagetnya aku, setelah menyadari bahwa ternyata memang ada tangan lain yang sedang mengelus pahaku. Tangan itu adalah tangan Bang Rendy! Ya, Bang Rendy sudah berada di atas tempat tidurku dalam keadaan tak berbusana! Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah ini semuanya sudah mereka atur sebelumnya?
“Ba..Bang Be…Rendy?!” seruku tertahan.
Rendy cuma tersenyum dan tetap mengelus-elus pahaku. Bahkan lalu ia memegang bahu suamiku sambil berkata dengan senyum, “You istirahat dulu dong…biar aku yang menggantikanmu…”
Aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan, terlebih ketika kulihat suamiku malah mengangguk sambil tersenyum dan menarik batang kemaluannya sampai terlepas dari liang kemaluanku. Dan Rendy merayap ke atas tubuhku sambil mengarahkan batang kemaluannya ke mulut ku.
Kupegang pergelangan tangan suamiku yang duduk di sebelahku sambil menatapnya, “Mas…”
“Santai aja sayang,” sahut suamiku sambil mengelus pipiku, “Enjoy aja.”
Belakangan aku tahu bahwa ketika aku sedang arisan, Rendy datang dan sengaja disembunyikan di kamar mandi yang bersatu dengan kamarku. Ah…semuanya memang sudah direncanakan.
Perasaanku jadi bercampur aduk ketika lubang ku mulai dicoblos oleh batang kemaluan Rendy. Salah tingkah, karena suamiku menyaksikan semuanya ini. Maka sambil menggenggam tangan suamiku erat-erat, kupejamkan mataku…sambil merasakan nikmatnya zakar Rendy yang mulai maju-mundur di dalam jepitan liang kewanitaanku.
Orang bilang rumput di pekarangan tetangga selalu tampak lebih hijau daripada di pekarangan sendiri. Kini aku merasakannya. Bahwa ayunasn Rendy terasa sekali membanjiri bathinku dengan kenikmatan. Karena Rendy tak hanya menggenjot nya di dalam ku, tapi juga mengulum-ngulum puting payudaraku, sesekali mengisapnya kuat-kuat. Sementara tangannya pun tidak diam. Terkadang mengelus anusku, menimbulkan geli-geli nikmat yang membuatku sering menahan nafas. Aku pun mulai merengkuh leher Rendy dan memeluknya erat-erat, tanpa berani memandang ke arah suamiku.
Ketika kubuka mataku, kulihat suamiku sedang melangkah ke kamar mandi, mungkin mau pipis. Saat itulah aku merasa bebas untuk menggoyang pinggulku seedan mungkin, karena enjotan Rendy emang terasa sekali enaknya. Dan ketika ia mencium bibirku, sengaja kupagut dan kulumat bibirnya dengan penuh gairah. Biarlah, bukan aku yang merencanakan semuanya ini.
Kelihatannya kelincahanku dalam meliuk-liukkan pinggul justru membuat suamiku senang. Ia malah berkomentar setelah keluar lagi dari kamar mandi, “Nah begitu dong, jangan bikin malu aku….biar Rendy tau istriku ini jago goyang…hihihihi…”
Aku masih belum mengerti kenapa suamiku bisa seperti itu. Yang jelas, kulihat dia enjoy-enjoy aja melihatku sedang disetubuhi oleh sahabatnya, enjoy-enjoy saja melihat pinggulku bergoyang-goyang edan.
Rendy pun sama enjoynya. Tanpa peduli kehadiran suamiku, Rendy terkadang mendesakkan batang kemaluannya dalam sekali, sampai menyentuh ujung liang ku. Ini membuatku merengek nikmat, dengan mata merem melek.
Ketika aku mau merasakan titik puncak orgasmeku, tak terkendalikan lagi aku merintih-rintih histeris, “Ooohhh…Bang Rendy….oooh…aku mau orga Bang….ooooh….”
Tanpa peduli lagi bahwa suamiku sedang menyaksikan semuanya ini.
Susah melukiskan semuanya itu, karena aku sendiri dalam keadaan edan-eling di puncak orgasme. Yang aku ingat, Rendy melanjutkan enjotan nya meski ku sudah becek. Dan pada suatu saat ia menekankan batang kemaluannya kuat-kuat sambil mendengus, ooooooo…oohhhh…..lalu terasa liang kemaluanku disemprot-******* cairan hangat, pada saat yang sama Rendy mendekapku kuat-kuat, lalu perlahan-lahan terasa batang kemaluannya melemas dan mengecil.
Aku pun memejamkan mata dalam letih dan puas. Tapi beberapa detik kemudian suamiku menggantikan peran Rendy, memasukkan lagi zakarnya yang Masih keras ke dalam liang kemaluanku yang sudah kebanjiran air mani Rendy. Aku tak kuasa menolak ataupun memberikan saran. Aku hanya terdiam, lalu berusaha memuaskan nafsu suamiku dengan goyangan pinggul sebisa mungkin. Padahal sekujur tubuhku masih terasa ngilu-ngilu.
Malam itu memang malam edan. Setelah suamiku ejakulasi, Rendy maju lagi. Dia minta agar aku mengubah posisiku jadi di atas. Lalu terjadilah persetubuhan yang kedua dengan sahabat suamiku itu.
Tentu saja ronde kedua ini (kedua untuk Rendy, ketiga untukku) jauh lebih lama daripada ronde pertama tadi. Aku sendiri sudah tak tahu lagi berapa kali mengalami orgasme saat itu. Yang aku tahu, setelah lebih dari sejam kami bersetubuh, Rendy mencabut nya dari ku, kemudian menyemburkan sperma hangatnya di dalam mulutku.
Setelah Rendy terkapar, aku bergegas menuju kamar mandi, untuk berkumur-kumur dan membersihkan kemaluanku. Lalu kembali ke kamar, tadinya ingin beristirahat. Tapi rupanya persetubuhanku yang kedua dengan Rendy tadi menyebabkan libido suamiku berkobar lagi!
Terpaksalah kuladeni lagi suamiku, karena merasa kasihan kalau nafsunya tidak kupuasi. Tapi, oh my God….selesai suamiku menyetubuhiku, Rendy ingin meku lagi untuk yang ketiga kalinya!
Mungkin di situlah letak keistimewaan main threesome seperti yang pernah diungkapkan oleh suamiku. Aku sudah membuktikannya. Suamiku biasanya hanya menyetubuhiku 2 atau 3 hari sekali. Tapi malam itu, ia mampu menyetubuhiku 3 kali! Berati aku mengalami hubungan sex 6 kali di malam edan itu!
ESOKNYA, sepulang dari kantornya, suamiku menghampiriku yang sedang rebahan di kamar. “Bagaimana kesannya tadi malam, sayang?”
“Lemes….tubuhku serasa dilolosi….” sahutku sambil tersenyum canggung.
Suamiku memelukku dan berbisik, “Tapi kamu puas kan?”
“Lebih dari puas,” sahutku sambil mencubit lengan suamiku, “Mas sendiri sampai bisa tiga kali ya.”
Suamiku mengangguk, “Itulah kelebihan threesome.”
“Emang Mas gak cemburu waktu Rendy sedang menyetubuhiku?” tanyaku dengan pandangan penuh selidik.
“Tentu aja cemburu,” sahut suamiku dengan senyum, “Tapi di balik rasa cemburu, nafsuku jadi berkobar dengan hebatnya ketika melihatmu sedang disetubuhi oleh Rendy. Padahal belakangan ini aku tak pernah lagi menidurimu lebih dari sekali dalam semalam kan? Tapi tadi malam….”
“…Sampai tiga kali!” tukasku.
Suamiku mengangguk sambil tersenyum menggoda.
“Tapi…pada satu saat, mungkin Rendy akan ngajak Mas untuk mengeroyok Yuli juga kan?”
Suamiku tercenung sesaat. Lalu katanya, “Mungkin saja. Tapi aku pasti minta izin dulu padamu. Gakpapa kan?”
Meski berat terpaksa kujawab, “Gakpapa…biar adil….tapi Mas…ada masalah lain yang selama ini jadi pikiranku…”
“Soal apa?”
“Si Roy itu…bagaimana kalau dia ketagihan?”
“Ajak aja ke sini. Biar aku bisa nonton diam-diam.”
“Dia gak mau Mas. Takut sama Mas. Kan aku belum bilang kalau semua yang telah terjadi itu keinginan Mas sendiri.”
“Memang sebaiknya jangan bilang dulu. Nanti disangkanya aku sudah gila. Padahal aku cuma ingin kreatif aja.”
“Jujur aja, tadi pagi dia nelepon. Dia bilang ketagihan….”
“Tentu aja ketagihan. Cowok mana yang tidak ketagihan setelah merasakan enaknya mu. Hehehe….”
“Mm…kalau…kalau…ah gak deh…”
“Lho, ngomong kok gak diterusin?!”
“Takut Mas marah.”
“Gak. Aku janji gak marah. Ada apa?”
“Kalau dia ngajak ketemuan di satu tempat gimana? Kabulkan jangan?”
“Dia kost di luar kota, dekat kampusnya. Di rumah kost itu banyak orang. Gak mungkin bisa ketemuan di sana.”
“Kalau…kalau…kalau di hotel?”
“Boleh aja. Yang penting kamu harus laporan sama aku nanti.”
“Bener nih Mas?”
“Bener,” suamiku mengangguk, sebaiknya sih di sini. Kan bisa kuatur, misalnya pura-pura aku gak di rumah.”
“Lalu diam-diam Mas ketemuan sama Yuli lagi?”
“Nggak sayang. Intinya bukan itu. Aku merelakanmu digauli orang lain bukan karena ingin selingkuh dengan wanita lain. Yang penting bagiku, bisa menyaksikan waktu kamu digauli orang lain itu. Hal itu akan membuatku cemburu, lalu bangkit nafsuku…seperti tadi malam itu…”
“Yang tadi malam itu swinger juga Mas?”
“Bukan, yang tadi malam namanya threesome MMF. Kalau swinger ya waktu di Puncak itu.”
“MMF? Maksudnya?”
“MMF itu male-male-female. Kalau FFM female-female-male.”
“Berarti bisa juga perempuannya dua orang, lelakinya seorang?”
“Iya. Tapi pada dasarnya fisik wanita lebih siap untuk menghadapi pria lebih dari seorang. Lelaki kan harus ereksi. Kalau menghadapi wanita lebih dari seorang, pasti dia tak bisa memuaskan wanita-wanita itu. Hanya buat gaya-gayaan doang. Kalau wanita kan bisa melayani pria walaupun sambil tidur. Pria tidak bisa begitu. Penisnya harus ereksi dulu sebelum melakukan kontak seksual.”
“Berarti wanita lebih tangguh daripada lelaki dong Mas.”
“Iyalah, aku harus jujur mengakui hal itu.” suamiku mengangguk, “Perempuan kan tinggal telanjang dan telentang, mau diantri sama sepuluh lelaki juga bisa. Tapi lelaki? Kalau sudah ejakulasi ya terkulai, letih lesu…dikasih bidadari juga belum tentu mampu bangkit lagi…hehehe…”
Aku cuma tersenyum mendengar ucapan suamiku itu. Semacam pengakuan lelaki. Bahwa sebenarnya perempuan ditakdirkan lebih tangguh daripada pria secara fisik. Lelaki kalau dikasih 10 orang cewek dalam semalam, pasti takkan ternikmati semua. Tapi wanita? Diantri sama 10 orang lelaki juga bisa. Tapi poliandri tetap merupakan hal yang janggal di dunia ini, sementara poligami banyak terjadi di mana-mana.
“Kapan mau swinger lagi?” tanya suamiku tiba-tiba.
“Sama Rendy dan Yuli?” aku balik bertanya.
“Nggak harus dengan mereka. Masih banyak alternatif.”
“Hah? Gak salah tuh?” aku melotot, “Rencana apa lagi yang sudah tersimpan di hati Mas?”
“Masih kupikirkan,” sahut suamiku datar, “Soalnya kita harus yakin teman swinger kita bersih, jangan sampai menularkan penyakit.”
Aku tidak berani menanggapi. Lalu kata suamiku, “Kalau dengan Rendy dan Yuli terus, kita bisa jenuh juga.”
“Ih…emang Mas punya rencana sama siapa lagi?”
“Sudah ada dua pasang yang mau swinger sama kita. Tapi aku harus memikirkannya dulu.”
“Tapi Mas…apa hubungan kita nanti gak rusak?” tanyaku sangsi.
“Nggak sayang,” Mas Janus memelukku lembut, “Yang penting jangan terlalu sering. Obat juga kalau over dosis bisa berdampak negatif.”
Aku cuma mendengarkan. Da kata Mas Janus lagi, “Sekali kita swinger, kesannya akan melekat dalam waktu tertentu. Bisa sebulan, bisa dua bulan dan seterusnya. Tergantung dari kesan yang kita dapatkan pada waktu swinger itu.”
Aku tetap tak mau menanggapi, takut salah ngomong.
Kata suamiku lagi, “Sebenarnya sekarang ada beberapa perkumpulan swinger, tersebar di kota-kota besar. Tentu saja aktivitas mereka gak terlalu terbuka. Semuanya dilakukan secara rapi. Seolah-olah kumpulan arisan keluarga biasa.”
“Masa sih?” aku tercengang, “terus bagaimana cara aktivitas mereka?”
“Biasanya mereka bergerak tidak terlalu banyak, supaya tidak menraik perhatian. Misalnya satu hari mereka berkumpul di sebuah villa besar di luar kota. Mungkin yang hadir hanya enam atau tujuh pasang. Lalu di villa itu mereka tukar pasangan, bisa dengan cara mengundi atau atas kesepakatan semua pihak.”
“Ih…kalau yang begitu jangan mau Mas. Lama-lama bisa over dosis seperti kata Mas tadi.”
Suamiku hanya tersenyum datar. Entah apa yang sedang berada di alam pikirannya.
Kami sama-sama terdiam, hanyut dalam terawangan masing-masing.
Hari berganti hari tiada peristiwa yang penting, sampai pada suatu hari, terjadilah peristiwa yang tak kuduga sebelumnya. Berawal dari kontak telepon dengan adik iparku:
“HALLO…Lagi ngapain Roy?”
“Lagi nyantai aja. Apa kabar Mbak?”
“Baek. Kamu bener-bener kangen sama aku?”
“Kangen sekali. Gimana ya…mm..aku ketagihan Mbak…tapi takut ketahuan sama Mas Janus.”
“Ah, nggak apa-apa kok. Aku jamin abangmu nggak apa-apa.”
“Nggak apa-apa gimana?”
“Nanti deh aku cerita. Tapi kalau kamu mau dan ingin bebas, kan bisa ketemuan di hotel.”
“Ih, takut Mbak. Sekarang sering ada razia di hotel-hotel. Kalau sampai kena razia bisa heboh nanti. Mmm…kalau Mbak mau, aku ada usul…”
“Apaan tuh?”
“Aku punya temen, Sony namanya. Lengkapnya sih Sonyer, tapi biasa dipanggil Sony aja.”
“Terus?”
“Rumahnya kosong, cuma dia sendiri di rumah itu. Orang tuanya di Amerika.”
“Terus?”
“Ya kita ketemuannya di rumah dia aja. Gimana?”
“Lho, kalau dia tau gimana?”
“Gakpapa Mbak. Orangnya fair kok.”
“Terus?”
“Jujur, aku sudah bilang kapan-kapan mau numpang pake salah satu kamar di rumah dia. Ya tadinya sih kalau Mbak gak keberatan, mau kuajak ketemuan di rumah dia itu Mbak.”
“Kalau dia tau kan malu, sayang.”
“Di dalam kamar tertutup, masa dia tau apa yang kita lakukan?”
Aku tercenung sesaat. Lalu terdengar lagi suara Roy di hpku, “Kita ketemuan aja dulu di sana. Nanti Mbak pertimbangkan di sana. Kalau Mbak gak sreg ya cari alternatif lain.”
“Tapi kamu jangan bilang aku ini istri abangmu. Gak enak.”
“Beres Mbak. Terus kapan kita ketemuan di sana?”
“Terserah kamu. Tapi harus di jam kerja.”
“Mmm…Senin pagi aja ya.”
“Senin lusa? Oke aku setuju. Soalnya tiap hari Senin abangmu suka pulang telat, kadang-kadang sampai malam. Rumah temanmu itu di mana?”
Roy menyebutkan suatu alamat rumah.
Kataku. “Kita langsung ketemuan di sana aja ya Roy. Jangan keliatan bareng perginya.”
“Baik, jam sembilan aku sudah stand by di rumah Sony. Mbak mau pake apa ke sananya?”
“Ya pake taksi aja.”
“Sip deh! Sampai ketemu di sana nanti ya Mbak.”
“Oke. Take care Roy.”
Setelah hubungan telepon terputus aku tercenung. Memang harus kuakui, Roy membuatku kangen terus. Maklum dia masih begitu muda, 19 tahun juga belum. Tentu sangat beda dengan suamiku yang sudah 30 tahun. Aku sudah membayangkan betapa nikmatnya dalam gasakan dan keperkasaan Roy nanti.
Rasanya lama sekali menunggu hari Senin tiba. Dua hari yang kunantikan serasa menunggu dua bulan lamanya. Aku resah sekali rasanya. Tapi kusembunyikan keresahanku ini, jangan sampai diketahui oleh suamiku.
Senin yang dinantikan tiba juga. Jam 7 suamiku sudah berangkat kerja. Setelah bunyi mesin mobilnya hilang dari pendengaran, bergegas aku menuju kamar mandi. Membersihkan tubuhku sebersih-bersihnya. Tak cukup dengan itu. Selesai mandi kusemprot-semprotkan parfum ke setiap sela yang mungkin tersentuh oleh Roy nanti. Aku ingin menimbulkan kesan seindah mungkin di batin adik iparku itu.
Kukenakan celana jeans dengan t-shirt biru tua yang agak ketat. Tak lama kemudian aku sudah berada di dalam taksi yang sedang menuju alamat rumah teman Roy yang bernama Sony itu.
Rumah yang kutuju itu beberapa kilometer di luar kota. Aku agak tertegun melihat kemegahan rumah dengan pekarangan yang sangat luas itu. Pasti orang tua Sony bukan orang kebanyakan. Mungkin seorang pejabat tinggi atau pelaku bisnis papan atas. Hal itu membuatku ragu. Tapi begitu taksi berhenti di depan pintu pagar rumah megah itu, Roy datang menjemputku. Dengan sopan ia membukakan pintu taksi waktu aku mau turun.
“Temenmu mana?” tanyaku dengan perasaan tak menentu waktu berjalan menuju pintu depan rumah megah itu.
“Lagi keluar dulu,” sahut Roy sambil menggenggam pergelangan tanganku, “Santai aja Mbak. Di sini aku merasa seperti di rumah sendiri.”
“Kita langsung aja ke kamar yang sudah disediakan di atas yok,” ajak Roy sambil menunjuk ke tangga yang menuju lantai dua. Aku menurut saja, meski terasa sikapku serba canggung.
Di dalam salah satu kamar lantai atas, aku mulai merasa tenang. Terlebih setelah Roy menutupkan pintunya.
Pandanganku tertumbuk ke sebuah foto besar berbingkai silver. Foto seorang anak muda di atas sebuah motor Harley Davidson. Tampan sekali anak muda itu. Aku menduganya seorang artis yang belum kuketahui namanya. Tapi Roy menunjuk foto itu sambil menerangkan, “Itulah Sony. Ganteng ya Mbak.”
Aku cuma mengangguk cuek, padahal hatiku berkata, “Ganteng dan sexy sekali temanmu itu….”
Kamar itu ada kamar mandinya. Maka bisikku, “Aku mau pipis dulu ya.”
Roy mengangguk sambil tersenyum. Aku pun masuk ke dalam kamar mandi itu. Bukan cuma mau pipis, tapi sekalian ingin mencuci ku sebersih mungkin. Karena aku yakin ku akan dijilati oleh Roy nanti, jangan sampai ada bau yang kurang sedap, meski sudah disemprot parfum di rumah tadi.
Celana jeans dan BH kugantungkan di kamar mandi. Keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan CD dan t-shirt. Rupanya Roy juga sudah melepaskan celana jeansnya, sama seperti aku, tinggal mengenakan t-shirt dan CD.
Senyum Roy tampak menggoda waktu aku menghampirinya. Lalu memelukku dengan hangat. Dan menciumi pipi serta leherku, lalu melumat bibirku dengan hangat dan membangkitkan gairahku.
Supaya Roy lebih leluasa menikmati kemulusan tubuhku, kulepaskan t-shirtku, sehingga payudaraku yang masih terawat kencang ini tak tertutup apa-apa lagi. Roy pun menanggalkan t-shirtnya. Lalu memelukku dengan hangat dan meraihku ke atas tempat tidur. Aku pun mulai menggelinjang nikmat ketika Roy mulai menjilati puting payudaraku. Tak hanya itu, lidahnya mulai menjilati pusar perutku dan turun terus, sampai akhirnya kemaluanku mulai dijilatinya dengan penuh semangat. Aku pun mulai menggeliat-geliat dalam arus kenikmatan, sambil merengek lirih,“Roy…oooh…ini enak sekali sayang…kamu be…belajar dari siapa sih…kok pintar amat kamu main emut begini…?”
“Belajar dari film bokep,” sahut Roy sambil menghentikan jilatannya sesaat, lalu menyedot-nyedot kelentitku membuatku mendesah-desah lagi dalam nikmat.
“Udah Roy…masukin aja….cepet…aku pengen melepas kangenku sama t*t*tmu yang gagah itu…” pintaku sambil menarik bahu Roy agar naik ke atas tubuhku.
Roy mengikuti ajakanku. Ia mulai mengarahkan batang kemaluannya ke mulut ku. Aku pun membantunya, merenggangkan pahaku sambil memegang batang kemaluan Roy dan menekankan puncaknya pas di mulut veggyku. Lalu aku mengedipkan mata, sebagai tanda agar ia mulai mendorong…dan…aaah…batang kemaluan Roy mulai melesak dengan mantapnya ke dalam liang kemaluanku!
Tapi setelah mulai menggeser-geserkan zakarnya maju mundur dalam liang kenikmatanku, ia berkata terengah, “Mbak jangan marah ya…sebenarnya Sony ada di rumah ini. Dia ingin nonton kita Mbak…”
“Apa?” aku kaget, tatapanku tertuju ke foto besar yang terpampang di dinding itu. Foto anak muda yang tampan itu, “terus kalau dia ngiler nanti gimana? Kamu kok ada-ada aja.”
Nada ucapanku seperti protes. Tapi diam-diam aku teringat pada peristiwa main bertiga dengan Rendy. Apakah pagi ini akan terjadi kisah yang mirip itu?
“Dia orang sopan Mbak. Dia hanya ingin nonton. Tapi…kalau dia gak tahan dan ingin ikutan, mainin aja nya sama tangan Mbak…itu juga kalau Mbak gak keberatan. Pokoknya aku jamin tidak akan ada pemaksaan, Mbak.” Roy mulai mengenjot nya dengan gerakan syur, yang membuatku mulai terpejam-pejam.
“Nggak tau ah…” sahutku pura-pura tidak suka. Tapi diam-diam khayalanku mulai melambung…membayangkan sesuatu yang luar biasa indahnya.
“Dia menunggu izin Mbak untuk masuk ke kamar ini. Izinkan jangan?” tanya Roy sambil menghentikan gerakannya sejenak.
“Terserah kamu aja lah,” sahutku dingin. Padahal diam-diam aku ingin melihat apakah Sony itu setampan wajah di foto itu?
Tanpa menghentikan genjotan nya, Roy berseru, “Sony! Come on…!”
Aku rada degdegan juga ketika kudengar pintu dibuka. Soalnya aku dalam keadaan begini, keadaan telanjang bulat dan sedang disetubuhi oleh adik iparku.
Lalu tampak seorang anak muda tinggi semampai dengan wajah, Oh my God…! Tampan sekali cow

Selasa, 13 Agustus 2013

Stefani Anak Pejabat

ini merupakan sebuah pengalaman saya dulu yang merupakan pengalaman pertama saya. Cerita ini terjadi saat aku mulai membuka usaha kecil di purwakarta. Sehingga saya kenal sama salah satu cewek yang bernama Stefani, memang stefani adalah cewek SMU yang sangat catik dan bahenol deh. Kadang
teman aku juga ngomong saat ngumpul stefani gadis yang
bergairah bila di ajak ML. dibandingkan dengan teman lainya
memang stefani adalah cewek yang sangat cantik sekali. Ini
ceritaku, perkenalkan nama ku Roy sampai sekarang aku masih
melanjutkan kuliah di sebuah universitas di Magelang.
Umur ku masih 20 tahun. Cerita ini berawal ketika aku dan
teman ku Ronald, Jefry dan rudi yg senang bermain game
online ataupun sekedar bermain internet, membuka sebuah
game centre dan warnet yg terletak di daerah Magelang
utara. Pada dasarnya sih kami membuka usaha itu cuman
iseng-iseng aja. Yah dari pada nga ada kerjaan ataupun malah
menghabiskan uang untuk main game atau main internet di
tempat lain, mendingan buat sendiri toh bias nambah nambah
uang buat jajan dan beli rokok.
Belum lama usaha kami buka, kami seperti setengah kaget dan
senang.
Bagaimana kami tidak senang, kebanyakan user kami adalah
cewek- cewek SMU dengan postur tubuh yg sangat
mempesona, bahkan bisa di ibarat kan buah apple yg siap di
petik. Dan juga masih banyak gadis-gadis muda yg main ke
tempat kami. Dengan keramahan teman-teman yg selalu sopan
dan romantis dalam melayani pelangan, yah kami memang
cukup professional. Bahkan postur tubuh kami dah wajah kami
juga cukup lumayan mungkin itu juga salah satu factor yg
membuat mereka tertarik untuk selalu datang berkunjung.
Di antara gadis-gadis yg masih segar itu ada satu yg sangat
istimewa di mataku dan teman- temanku. Nama nya Stefani
dia cukup cantik, bukan hanya cantik, luar biasa mungkin dan
istimewa tentu nya. Terkadang dia datang dengan Karina,
Monica dan Cindy teman-teman Stefani yg juga tidak kalah
cantik, tapi lebih istimewa Stefani tentu nya.dan akhir nya
suatu kesempatan, dia datang sendiri ke tempat kami. Ketika
dia baru duduk aku sapa,
“loh temen nya mana Stefani”,
dia hanya menjawab,
“dah pada balik, pada mau les katanya”.
Lalu aku berbalik ke mejaku dan berusaha mencuri-curi untuk
sekedar melihat lekuk tubuh nya dari balik monitor
computerku.
15 menit sudah aku memandang nya, eh dia membalas
pandangan ku,
aku kaget juga jangan- jangan dia marah, eh dia malah
tersenyum.
KaStefani penasaran dia sedang apa aku mencoba melakukan
remote anything ke computernya, yah kami biasanya
menyebutnya dengan kata-kata SPY, gitu deh bahasa
gaulnya.aku kaget juga setelah tau bahwa dia membuka situs-
situs yg berhubungan dengan sex dan pornografi. Mukaku
memerah, entah suka atau benci, tp yg jelas kaget sekali.
Dengan nekat kucoba mendekati computernya, lalu kutanya
dia,
“hayooooo Stefani lagi buka apa”,
KaStefani tanpa persiapan dia langsung kelabakan seperti di
anak ayam kehilangan induk nya dan dengan cepat dia
menutup kolom situs- situs tersebut. Tapi dengan cepat aku
menjawab,
“nga papa lah ama gue ini, nyantai aja lagi”.
Langsung saja muka dia memerah, entah malu atau takut.
lalu dia menjawab,
“emang nya tadi Roy liat Stefani lagi buka apa?”, tanyanya.
“liatlah, nga perlu ke sini juga Roy bias liat dari computer roy
“,
jawab ku sambil mengedipkan mata, lalu dia tertawa kecil dan
tersenyum manis seperti gadis yg masih polos. Lalu dengan
cepat aku tidak menyia nyiakan kesempatan ini aku langsung
berkata,
“mau di temenin nga Stefani biar Roy cariin situs2 yg lebih
bermutu”.
Dia diam sejenak lalu menjawab,
“ya udah Roy duduk di sebelah Stefani aja”,
katanya lembut penuh arti.
Waduh bakalan seru nih batin ku, untung aja temen-temen ku
yg lain pada bermain basket di dekat situ, jadi semuanya
lancar tanpa hambatan. Kami sempet ngobrol sejenak, dan dari
situ ku ketahui bahwa dia anak pejabat di kota ini, dalam batin
ku aku berkata wah ternyata anak pejabat neh.
Lalu mulai kucarikan dia situs situ porno yg belum pernah dia
lihat,
kulihat raut muka nya berubah seperti cacing kepanasan
tangannya tak bisa diam, aku lihat dia sangat terangsang
dengan gambar-gambar dan video yg aku carikan lewat
internet. Wah cepet honey dia batinku,
lalu tak kubiarkan dia hanya melihat saja, lalu aku berbisik,
“Fani dari pada liat, punya ku nganggur neh, kan sayang klo di
diemin”, ia kaget kukira dia marah.
Eh ternyata dia malah lansung memegang senjataku yg dari
tadi sudah on ketika aku duduk di sebelah nya, kontan saja aku
kaget dan senang. Lalu dengan cepat aku juga merangsang dia
dengan memegang payudara yg sangat indah itu dari
belakang.
Untung warnet lagi sepi batinku dalam hati, aneh nya saat itu
tak ada satupun pelanggan yg datang, yah mungkin di
kaStefanikan hujan yg cukup deras. Kulihat dia kurang puas
memegang senjataku jika terhalang oleh celana pendek ku, lalu
dia mencoba memelorotkan celana ku hingga batang kemaluan
ku bisa dalam posisi enak untuk di kocok oleh tangan nya yg
lembut itu.dan dia berkata,
“Roy punya kamu gede juga ya”,
Aku hanya terdiam.
Tanpa sadar aku sangat menikmatinya,
hingga aku hampir berteriak “ah uchhhh ahhh terus Fani” lalu
Stefani dengan cepat menutup mulutku dengan ciuman bibir
nya yg lembut dan sangat sensual itu. Wah untung sepi coba
klo banyak orang tadi di sini bakalan berabe batin ku. Setelah
dia puas dia mencium bibirku,
dia melanjut kan dengan menciumi kemaluan ku, sungguh luar
biasa gadis anak pejabat yg masih polos ini melakukan hal- hal
dalam sex yg sangat mengairahkan.
Aku di buat sangat puas oleh nya bahkan aku dibuat tak
berdaya,
10 menit kemudian aku mengangkat kepalanya dan aku bisikan
mesra di telinga nya, Fani gantian masak kamu terus yg
muasin aku kamu kan belom puas, dia tersemyum pertanda iya.
Langsung saja aku puaskan dia di antara sekat-sekat yg
menjadi pembatas di antara computer computer di warnet ini.
Dia kulihat sangat menikmati permainan ku,
aku mencoba sedikit membuka baju nya untuk melepas Bh nya.
KaStefani kami melakukan nya di tempat umum aku mencoba
untuk menahan diriku untuk tidak mencoba menelanjanginya,
sehingga aku tetap merangsang payudaranya di balik seragam
sekolah nya, tanpa bisa melihat payudaranya yg berukuran 34
b itu. Dia terdengar mendesah lembut dan sangat sexy,
“ah ah..u ah..hhhhhh.ahhhhh” terdengar dari mulut nya.
Berkali kali ku pilin putting nya dia mengelinjang hebat
sekali,dan merancau tidak karuan.
“ah uh. roy terus sayanggggg…royyy…a hhhhhh”.
Setelah merangsang buah dada nya aku langsung mencoba
mengelus vagina nya dengan jari ku, kaStefani dia memakai
rok SMUsehingga tidak sulit untuk melakukan nya.Kurasakan
vagina nya sudah sangat basah di kaStefanikan rangsangan ku
di buah dada nya tadi, bulu-bulu kemaluanya juga kuraba, wow
sangat rapi batin ku. Aku berusaha tidak memasukan jari ku
ke vagina nya kaStefani dia masih perawan.
Kucoba merangsang dia lewat gesekan-gesekan lembut di
tangan ku,
kurasakan badannya kejang dan keringat keluar dari seragam
sekolah nya yg tanpa memakai Bh itu.
Dia berulang kali mendesah,
“Roy ampunnNn Roy sayang YUyy nikmatttTTttt………”.
Padahal itu Baru kugesek dengan tangan bagaimana klo
kumasukan senjataku ke dalam vagina nya batin ku.
Setelah 10 menit melakukan itu dia berteriak.
“ahhhhHH..hhhhh SSSshhhhhh”,
dan seketika itu juga dia mengalami orgasme pertamanya.
Kemudian dia terkulai lemas di pelukanku, sambil membelai dia
aku membenarkan posisi celanaku dan dia juga mencoba
membenarkan letak posisi seragam dan rok nya itu.
Lalu aku mengambilkan air minum untuk dia lalu berkata,
“yah gitu aja dah jebol gimana klo ML bisa-bisa Stefani nga
bisa bangun 2 hari gara-gara kehabisan stamina dong”.
Candaku.
Lalu dia menjawab,
“eh enak aja kan tadi baru training, jadi ya butuh pelatihan
dolo kayak tadi”.
Aku hanya tertawa kecil, eh malah dia langsung bilang Roy
mau njarain Stefani yang lebih expert lagi nga, klo mau abis ini
aja kita pergi mau nga tanya nya. Sejenak aku berpikir tapi
langkah langkah kaki datang menuju tempat itu dan kulihat
wajah wajah teman-teman ku muncul, diantaranya Ronald,
Jefry dan Rudi.
Langsung saja kusapa,
“abis basket kalian”,
dengan tersenyum Jefry hanya menjawab,
“dari pada ngurusin basket mendingan ngurusin Stefani”.
Mereka pun semua tertawa dan kulihat Stefani juga
tersenyum nakal dan berusaha menunggu jawabanku. Lalu
setelah teman- teman ke belakang aku bisikan ke telinga
Stefani ya udah tar gue ajarain yg lebih hot lagi ya, Stefani
tersenyum dan aku pergi berkemas untuk pergi bersama
dengan Stefani.
Setelah itu kami pergi dengan meminjam mobil milik Ronald.
Dalam perjalanan aku bertanya,
“mau kemana ini Fani”,
dia menjawab.
“di rumah Stefani aja kan Papa Mama sedang pergi ke Jakarta
kak Adi sedang ke Jogja”,
aku kaget dan berkata,
“bener nih di rumah mu”,
“iya bener” katanya.
Setelah kami sampai di rumah nya aku kaget juga dengan
rumah nya yg besar seperti istana itu wah gede banget rumah
nya dan juga indah.
Setelah memarkir mobil ku aku di bimbing Stefani untuk
masuk ke rumah nya.Wah tampak nya dia terlihat tidak sabar.
Lalu aku menunggunya mandi sambil nonton tv dan menikmati
hidangan yg sangat enak, kayak Raja nih batin ku.
Setelah dia selesai mandi, ia menghampiri ku hanya dengan
memakai handuk yg dia balutkan di tubuh nya, ketika melihat
nya,
tenggorokanku seperti tidak dapat menelan kue-kue yg tadi
aku makan, dan dengan segera Stefani mengambil jus jeruk yg
ada di meja kamar nya lalu meminumnya, setelah itu mencium
bibir ku dan mengalirkan jus jeruk yg telah dia minum tadi
seolah-olah induk yg memberikan makan anak-anak nya.
Setelah itu dia membuka handuk nya yg tadi membungkus
tubuh nya yg putih mulus dan sexy itu. wah payudara nya
benar-benar luar biasa kencang dan besar, tak kusangka anak
SMU kelas tiga sudah sematang, bulu-bulu halus yg ketika di
warnet tadi aku pegang, aku bisa melihatnya dengan jelas.
Sungguh pemandangan yg luar biasa.
Tanpa segan-segan lagi dia memintaku untuk men servicenya.
Dia berkata,
“ayo kok malah diem katanya mau ngajarin”,
ucapnya,
aku berkata kamu
“kamu cantik banget Fani tubuh mu juga sexy”.
Tanpa menunggu dia bicara langsung saja kubenamkan
kepalaku di payudaranya itu dan mencoba untuk merangsang
salah satu bagian sensitife itu, lalu dia mulai mendesah seperti
tadi,
“ah OuchHhh uhhhhhh Ahhhhhh……..”,
dia sangat menikmatinya bahkan sesekali dia menjambak
rambut ku,
kulihat payudaranya sangat kencang dan kenyal sekali sesekali
aku meremas-remas nya dan aku pun juga sangat
menikmatinya, payudara yg indah. Lalu kuteruskan dengan
menciumi bagian kewanitaan nya,
dia terlihat memejamkan mata sangat menikmatinya, dan dia
meremas remas payudaranya sendiri mencoba merangsang
tubuh nya sebaik mungkin. ketika clitoris nya ku hisap-hisap
dia sangat kewalahan dan berteriak-teriak,
“roy aduhh Enak ah ouchhhh ahhhHh uhh”.
5 menit kemudian, giliran dia merangsang diriku.kulihat dia
mengocok penisku dengan lembut dan menghisapnya bagaikan
permen lollipop yg sangat manis,
“ohh ahhhhhhh hahhhh”,
aku sangat menikmatinya, dia menjilati batang kemaluan dan
tidak ketinggalan buah zakar ku juga ikut dia hisap.
Aku sudah tak bias berkata apa apa lagi selain menikmati
permainanya. Ketika aku hampir memuntahkan laharku aku
mencoba melepaskan senjataku dari hisapan nya dan
gengamannya, lalu kubaringkan dia diranjangnya dan aku
berbicara mesra,
“tahan ya sayang, pertama-tama sakit tp nanti juga enak
kok”,
kataku. Dia mengangguk pertanda iya. Kucoba membobol
vagina nya ternyata sangat sulit, pada usaha pertama melesat
dan setelah ku
oleskan kream di vaginanya, pada usaha ketiga aku berhasil
memasukan separo penis ku ke dalam kemaluannya.
Dia menjerit kesakitan,
“Royy sakitT Royyyyyy ampunnNnNnnnnn”,
jerit nya, tapi aku tetap melakukannya dan bless seluruh
batang kemaluan ku sekarang berada di dalam nya bersamaan
dengan percak-percak darah keperawanannya.
Kubiarkan diam sejenak supaya vaginanya terbiasa menerima
kehadiran benda asing itu, setelah kurasakan vaginanya bisa
menerima penisku, kucoba menarik maju mundur.
Jeritan sakit yg tadi dia ucapkan berganti dengan desahan-
desahan wanita yg sedang mengalami persetubuhan yg sangat
nikmat.dan tidak henti- henti nya dia selalu mendesah dan
setengah berteriak.
“ah terus Roy Sayang kocok terus bikin Stefani puas ah
ouchhhhh shhhhh terus kocok jangan berhenti sayangggg… “,
rancau nya, aku juga sangat menikmati denyutan-denyutan di
dalam vaginanya itu, gerakan menghisap yg sangat nikmat
sekali di alami oleh penis ku kemudian aku membalikan
posisinya supaya kami bisa melakukan doggy style.
Lalu ku suruh dia berdiri dan bersandar di depan kaca meja
rias nya dan kumasukan senjataku dari belakang sehingga aku
bisa menikmati keindahan tubuh nya dan payudaranya serta
paras cantik wajahnya dari kaca tersebut.
15 menit kejadian itu berlangsung ku dengar dia berteriak,
“ahhhh roy aku keluarrrrrrrrrrr…….”,
oh tampak nya dia baru saja mendapatkan orgasme
pertamanya.
Kucabut penisku dari dalam vaginanya dan membiarkan Stefani
istirahat sebentar.
Setelah cukup istirahat.dia mengajakku untuk melanjutkan nya
di kamar mandinya yg seperti kolam Stefaning itu kaStefani
sangat luas.
Kontan saja KaStefani terburu nafsu aku langsung tancap gas
dan segera memasukan penis ku ke dalam vagina nya yg merah
merekah itu.
aku sangat menikmati guyuran shower yg membasahi tubuh
kami,seolah-olah membasahi jiwa yg kekeringan akan kehausan
sex.
Stefani terus merancau dan akhirnya aku sangat merasakan
kenikmatan yg luar biasa, penis ku yg dari tadi di sedot
kurasakan sangat membengkak dan mencapai klimaks sampai
ubun-ubun rasanya,
aku berteriak,
“Stefani aku mauuuuuuu keeee luuu arrrrrrrrrrrrrrrrrr
mauuu diii kelluariinnn dii mannna.jeritku menahan nikmat”,
dia sambil ngos-ngosan bilang
“di dalam ajjjaaaaa”,
lalu aku berkata,
” nga papa faninn”,
Stefani menjawab,
“laggiii masaaaaaa tiiiidakkk suburrrrrr”,
dan Stefani juga tampak merancau lagi dan berteriak,
“yaaaa uuu daaa hhhhh kii taaa ssssaaammaa
saaammaaaaaaaaaaa aaaaa”.
Aku tak dapat menahan lagi dan jebolah pertahananku
kusemburkan maniku di dalam vaginanya dia juga tampak
mencapai orgasme keduanya.
Setelah itu dia masih menjilati kemaluanku dan membersihkan
sisa-sisa
maniku, lalu kami mandi bersama.
Setelah selesai aku pamit pulang, aku pamit dengan mengecup
kening Stefani dan berkata pelajaran nya udah cukup kan, dia
hanya tersenyum dengan lembut sungguh seperti gadis yg
sangat polos dan berkata,
“Roy besok kesini ya ajak Ronald, Jefry ama Rudi, jangan lupa
loh “.
Aku cukup bingung kok ngajak yg lain segala ya batin ku.
Lalu selepas jam 6 malam esok nya kami ber 4 berkunjung ke
rumah Stefani. Betapa kaget nya kami ketika di sana kami di
sambut dengan mesra oleh keempat gadis yg sangat cantik di
antaranya Karina,
Monica, Cindy dan Stefani tentunya, lalu tanpa basa-basi lagi
mereka berkata.
“wah wah kak roy jahat kok kita kita kemafani nga di ajak
sech yg di ajak cumin Stefani aja,nga suka ya ma kita kita “,
kontan saja aku sendiri kaget.
Dan teman temanku juga ikutan binggung,
lalu tanpa rasa malu Stefani
“menjawab roy kemafani ma aku ML loh”.
Aku kaget kenapa dia membuka rahasiaku tapi sebelum aku
sempat bicara Stefani menjawab
“jadi hari ini Ronald, Jefry ama Rudi ngajarin Karina, Monica
and Cindy, terus Stefani tentunya ama roy dong”,
katanya.
Tentu saja teman- teman ku nga jadi marah malah jadi
senang, alu aku berkata dalam hati wah rejeki mereka juga
neh. Lalu kami pergi ke daerah Kaliurang dah menyewa sebuah
villa di sana dan melewati hari dan malam penuh akan nafsu,
gairah dan kehausan akan sex.
Dan sampai sekarang jika ada waktu kami masih melakukan nya
baik di kamar mandi warnetku, di rumah Stefani, di hotel atau
villa.
Bahkan sekarang banyak pelanggan wanita ku menjadi kekasih
ku hanya untuk semalam/one night stand.begitu juga dengan
teman-teman ku Ronald, Jefry dan Rudi mereka juga kalang
kabut menerima order dari para wanita yg kesepian. Tapi atas
dasar suka sama suka, maaf kami bukan Gigolo.

Minggu, 24 Februari 2013

Ummi Annida

Ummi Annida sudah cukup lama menjadi ustadzah di rumah bapak amin. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. ummi Annida merasa kerasan karena keluarga bapak amin cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang ustadzah. ummi Annida sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan bapak amin, yang karena kesibukannya sehingga harus menyerahkan kewajibanya membimbing anak-anak kepada ummi Annida.

Walaupun bukan dari kota, ummi Annida tergolong wanita yang cerdas, aktif, dan menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 42 tahunan. Penampilannya seperti umumnya aktifis muslimah
. Ia pandai beradaptasi sehingga cepat mendapat banyak rekan terutama partai keadilan. kesibukan membuat jiwa dan raganya sehat, tubuhnya nampak masih sintal, berwibawa dan keibuan.
Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, ummi Annida masih memiliki energi yang tinggi karena ternyata selain mengajar dan koordinator aktifis, ia penulis yang produktif.
Malam itu, ummi Annida kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan syahwatnya yang menggebu-gebu. Sebenarnya terpikir untuk melakukan onani namun hal itu tak cukup.Akhirnya ummi Annida hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.


Dalam mimpinya ummi Annida merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik leleki yang dicintainya. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka sedikit demi sedikit, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi dari bali bra. Tanpa sadar ummi Annida mengigau sambil membusungkan dadanya.
“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”
Kedua tangan ummi Annidaa memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di susunya. ummi Annida terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.
Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu, menyelinap masuk lewat bawah jilbab yang masih dikenakan. Ia mengira suaminya yang yang baru datang dari desa dan langsung sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas kedatangannya ini meski sudah larut. Apa tidak takut. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau itu bukan suaminya yang datang?

ummi Annida langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan lelaki yang tengah menggumulinya. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan suaminya?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah raffa, putra tunggal bapak amin yang masih berumur 15 tahunan!?
“raffa?!” pekiknya sambil menahan suaranya.
“ ngapain di kamar ummi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah raffa yang merah padam.
Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.
“ummi..ngghh.. anu.. ma-maafin raffa..” katanya dengan suara memelas.
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah ummi Annida.
“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak bapak amin berani berbuat seperti itu padanya.
“raffa.. ngghh.. tadinya mau minta tolong ummi bikinin PR..” katanya menjelaskan.

“Tapi waktu liat ummi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. raffa nggak tahan..” katanya kemudian.
“Oohh.. raffa.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan abah gimana?” Tanya ummi Annida.
“raffa tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab raffa ragu-ragu.
“Tapi kenapa?” Tanya ummi Annida penasaran
Kepala ummi Annida bagaikan disamber geledek mendengar ucapan raffa. Berarti dia tahu perbuatannya yang sering nonton adegan hubungan suami istri di tv, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
“Kenapa raffa pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.
“Andre sering ngebayangin ummi.. juga.. ngghh.. anu..”
“Anu apa?” desak ummi Annida makin penasaran.
“raffa suka ngintip.. ummi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah baju panjang ummi Annida yang sudah tersingkap lebar.
raffa melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada ustadzahnya itu. ummi Annida dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang terbuka. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu ummi Annida dalam hati.
“Boleh khan ummi?” kata raffa kemudian.
“Boleh apa?” sentak ummi Annida mulai tajam.
“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta raffa tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali ummi Annida.
“raffa jangan kurang ajar begitu sama ummi.., ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”
“ boleh ya..? Nanti Andre bilangin lho..kalo ummi sering nonton ” kata raffa mengancam.
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .” kata ummi Annida gusar.
“Kalau gitu boleh dong raffa?”
Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, keluhnya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! ummi Annida berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. ummi Annida lalu tersenyum kepada raffa seraya meraih tangannya.
“raffa mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan raffa ke atas payudaranya yang sudah tertutup baju dan kerudung.
“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.
raffa meremas kedua bukit kembar milik ummi Annida dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana raffa.. enak nggak?” Tanya ummi Annida sambil melirik wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir ummi Annida.
Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?
Setelah berpikiran seperti itu, ummi Annida menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal ummi Annida jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah suaminya, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumulinya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.
Lalu ummi Annida membuka kancing bajunya, menyingkap jilbab dan membiarkan raffa meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. raffa mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah ummi Annida yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.

“Sakit ummi?” tanyanya.
“Nggak ffa. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”raffa mengikuti semua perintah ummi Annida. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir raffa dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.
“ups…Oughhh……!!Aaahhh..Ssshhh…Oohhh….ter ussss…”
ummi Annida terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan raffa satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan ummi Annida seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan raffa di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya ummi Annida mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. ummi Annida menuntun menuju batas celana dalam.
Raffa terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh ummi Annida.
“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh ffa!”
Raffa semangat mendengar erangan ummi Annida yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan ummi Annida. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar ummi Annida melenguh. Raffa meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari raffa mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.
“Akhh.. ffa masukin terusshh.. ya begitu. Oohh anak pinter!” desah ummi Annida mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.
Sambil terus menyuruh raffa berbuat ini dan itu. Tangan ummi Annida mulai menggerayang ke tubuh raffa. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya.
“Mmmpphh..”, desah ummi Annida begitu merasakan batang anak itu sudah keras seperti baja.
Ia melirik ke bawah dan melihat batang raffa mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar suaminya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan ummi Annida mengocok perlahan batang itu. rffa melenguh keenakan.
“Oouhhgghh…. uueeanaakkhh! ” pekik ummi Annida perlahan.
ummi Annida tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat ummi Annida semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang kewanitaannya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu..,Oooohh…Aaahhhh….aaa…aaa…mau…lagi. ……. ummi Annida merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme.Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.
Raffa terperangah menyaksikan ekspresi wajah ummi Annida yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Araffa menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat ummi Annida kesakitan.
“ummi? ummi Annida kenapa? Nggak apa-apa ?” tanyanya demikian polos.
“Nggak sayang.. ummi Annida justru sedang menikmati perbuatan raffa,” demikian kata ummi Annida seraya menciumi wajah tampan anak itu.
Dengan penuh nafsu, bibir raffa dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Raffa senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara ustadzahnya ini, lalu mempermainkan putingnya.

“Aduh enakk.. enak sekali. raffa pinter.. uugghh!” erang ummi Annida kenikmatan.
ummi Annida benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik anak ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin raffa masih perjaka tulen. ummi Annida semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh raffa hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu wajahnya dengan penuh nafsu.
Tubuh raffa berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah ummi Annida mempermainkan hidungnya, kemudian melata-lata ke sekujur lehernya. Raffa merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut. Bahkan saking enaknya, raffa merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. ummi Annida rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan pelukanya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan raffa sehingga tidak langsung menyembur.
“Akh ummi.. kenapa?” Tanya raffa bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.
“Nggak apa-apa. Tenang saja, ffa. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh raffa.
Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, ummi Annida mengarahkan batang raffa persis ke arah liang kewanitaannya. Perlahan-lahan tubuh ummi Annida turun sambil memegang raffa yang sudah mulai masuk.
“Uugghh.. enak nggak……. ouchhhh?”
“Aduuhh.. ummi Annida.. aapphh..! ” pekiknya.
raffa merasakannya seperti disedot liang kewanitaan ummi Annida. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. ummi Annida tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukannya.
“Auugghh eehhhhhhh..uueennaakk! ” jerit ummi Annida seperti kesetanan.
“Terusssssss, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”
mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
“ummi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.
“Iya …… ayo.. keluarin aja. ummi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.
Raffa mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang ummi Annida dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh ummi Annida erat-erat, raffa menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.
“Crot.. croott.. crott!”
“Aaakkhh..” ummi Annida juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan eratnya.
“Ooohh.. achhhhhh….ehhhhhh.. hebat sekali..”
Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum ummi Annida mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada raafa.
“Gimana. Enak khan?”
“Iya umi, enak sekali,” jawab raffa seraya memeluk ummi Annida.Tangannya mencolek nakal ke buah dada ummi Annida yang menggelantung persis di depan mukanya.
Tangan ummi Annida kembali merayap ke arah batang raffa yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.raffa hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya tubuh ummi Annida ketika menggulumulinya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar ummi Annida dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.